Written on Nov 5, 2024.
It is part of Puri Indah banking and shopping complex, right across the Puri Indah market. The restaurant has a hidden dedicated parking area in the back. You can park for free, there, instead of paying in the complex' parking area. From the west, take a left just before the complex (right next to the vehicle exit gate), and turn right at the intersection. You'll find the parking area on your right, at the end of the road.
They serve mainly Indonesian food with satay as their specialty. I'll admit that theirs is still the finest chicken satay in the world, in my opinion. The best part is surely the peanut sauce. It is clear, thick, and savoury.
I had a lunch here on a Monday noon. Not many people at that time, only four other tables were occupied when I arrived. The number of staff was limited, but, they managed to service the customers well enough.
I ordered the chicken and lamb satay, the tahu telor, and the risoles for appetizer. For beverages, I had hot Java tea, while my mom got the Teh Poci. To no surprise, all of the food and drink were great. It is one of those "The price is worth the taste and the portion" eatery.
They accept cash, cards, and online payments. As a long time fan of the franchise, apart from being more and more expensive as years go by, one note that I've learned recently, is that they no longer allow orders of satay per skewer. They now only allow orders for at least half-portion (5 skewers) and...
Read moreApa hubungan wisata dan makan? Penelitian menunjukkan bahwa wisatawan menghabiskan hampir 40% dari anggaran mereka pada makanan saat bepergian (Boyne, Williams, & Hall, 2002). Ada juga yang mengatakan bahwa 50% dari pendapatan restoran 'dihasilkan oleh wisatawan (Graziani, 2003). Banyak negara mulai menyadari potensi kuliner bagi kesejahteraan masyarakat dan pengembangan destinasi wisata. Skotlandia dan Wales misalnya, memanfaatkan makanan sebagai sarana untuk membangun hubungan antara perusahaan dan masyarakat. Inisiatif kampanye pemasaran A Taste of Scotland menciptakan sebuah skema baru dalam hubungan antara perusahaan dan penduduk setempat. Disini perusahaan yang berpartisipasi setuju menyediakan hidangan 'tradisional’ atau menggunakan produk yang dikenali dan bisa didapatkan di Skotlandia. (Hughes 1995: 114). Hughes berpendapat bahwa skema Taste of Skotlandia berhasil membangun sebuah legenda makanan untuk Skotlandia. Legenda ini kemudian dapat digunakan sebagai alat pemasaran. Skema serupa juga dapat dijumpai di daerah lain. Di Alto Minho, sebuah wilayah di Portugal, misalnya, badan pariwisata wilayah itu mencetak buku resep untuk memberikan pengunjung kesempatan untuk 'membuat memori tentang makanan yang dinikmati di wilayah itu menjadi abadi. Edwards et al. (2000: 294) berpendapat bahwa kuliner merupakan elemen penting dari citra merek Alto Minho. Ini menunjukkan bahwa ada hubungan simbiosis antara makanan dan industri pariwisata. Lebih penting lagi, makanan diakui sebagai alat promosi dan positioning destinasi yang efektif (Hjalager & Richards, 2002). Kenapa, makanan memiliki kekhasan suatu daerah yang memebdakan satu daerah dengan daerah lainnya. Demikian pula, dengan meningkatnya minat dalam masakan lokal, beberapa negara menetapkan fokus pada makanan sebagai produk wisata inti mereka. Sebagai contoh, Perancis, Italia, dan Thailand, popular dengan masakannya. Pentingnya hubungan antara makanan dan pariwisata tidak dapat diabaikan. Setiap destinasi memiliki berbagai tingkat daya tarik tersendiri yang dapat menarik wisatawan dari berbagai negara (Au & Hukum, 2002). Selain makanan, otentisitas memang dapat menarik pengunjung ke tujuan. Di sisi lain, destinasi menggunakan makanan sebagai daya tarik utama. Itu sebabnya, beberapa negara mengembangkan strategi pemasaran destinasinya dengan berfokus makanan. Karena itu, pnting bagi pemasar destinasi kuliner unuk mengetahui persepsi target konsumen tentang kuliner destinasi dan bagaimana mempengaruhi niat mereka untuk mengunjungi melalui strategi pemasaran yang efektif. Frochot (2003) usul menggunakan citra makanan dimanfaatkan untuk menunjukkan aspek budaya suatu negara. Dengan demikian, destinasi dapat menggunakan makanan untuk mewakili "pengalaman budaya, status, identitas budaya, mengkomunikasikannya." Selanjutnya, Hobsbawm dan Ranger (1983) berpendapat bahwa masakan yang sangat dikenal karena rasa dan kualitas mereka dapat dikembangkan menjadi produk wisata. Misalnya, masakan Italia dan anggur telah mendorong industri pariwisata Italia (Hjalager & Corigliano, 2000). Jadi, Riley (2000), citra masakan nasional dan pariwisata dapat menciptakan identitas nasional. Indonesia mengarah kesitu. Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan Indonesia sedang menuju destinasi wisata kuliner terfavorit di dunia yang berdaya saing. Untuk itu, promosi ke luar negeri dan di dalam negeri terus dilakukan untuk meningkatkan rasa cinta dan minat masyarakat terhadap kuliner tradisional nusantara. "Untuk menuju ke target itu, kami menyelenggarakan Pekan Wisata Kuliner Tradisional Nusantara (PWKTN) yang dilaksanakan dalam rangka Program 100 Hari (Quick Wins) Kabinet Kerja 2014 - 2019, pada 12 sampai 14 Desember 2014 di Plasa Barat Monumen Nasional (MONAS)," kata Menpar Arief Yahya saat membuka Pekan Wisata Kuliner Tradisional Nusantara...
Read moreVisit Sate Khas Senayan on Christmas day, 25th around 1pm. Waiter informed waiting time will be around 45mins. And we ordered since we were fine . It was quite full.
Ordered: nasi Ayam Galantine. 2 pieces of stuffed chicken that tasted ok. Dissapointing portion of salad, potato and chips that some with it.
nasi Uduk. Tasted yummy. No complaints.
2 portions of Sate Ayam, came with free 1/2 portion with BCA cc payment. Still yummy!
Aside from 1 dissapointing dish, they oughta improve the efficiency of their staffs. Took me, 3x for menu book and 2 extra request for our drink teh poci during waiting for the meals to come out.
Cleanliness, clean...
Read more