Dengan tampilan yang tempo dulu. Aku membayangkan makanan yg bumbu aslinya tebal tanpa banyak micin. Aku pesan cumi goreng, dan pesanan datang dengan cumi yang digoreng dengan banyak tomat, bawang putih, bawang merah, cabe, yang diiris lumayan besar. Suami pesan Rawon Daging. Dagingnya banyak, kuahnya agak tebal dengan bumbu2 yg dihaluskan dan ada sedikit minyak dilapisan atas kuah, beda sama rawon yg biasanya aku makan (kuahnya encer).
Kedua lauk ini enak kalau dimakan lauknya aja. Kalau dimakan dengan nasi, rasa asinnya agak pudar. Jadi saran aku, waktu makan nasi, lauknya dihemat2 dulu. Terus makan lauk dengan rasa maksimalnya, setelah makan nasi😊
Untuk cumi gorengnya, biar rasanya tetap tajam, waktu menyendok nasi, campurkan juga bumbu2nya (bawang, tomat, cabe) dan rasanya gak jadi berkurang karena campur nasi.
Pelayannya pakai baju adat dan kebaya. Rapiii dan ramah. Ditambah sambil nunggu pesanan bisa sambil baca2 sejarah Malang dan lihat barang2 antik (asli, i guess)
Tambahan: Waktu pesan, ada salah catat. Aku pesan cumi goreng, tapi dicatat mi goreng. Dan bapak pelayannya, langsung ganti tanpa komplain karenaaa bapak pelayan udah mention ulang pesanan2, tapi aku juga gak perhatian sama cumi yg jadi mi. Baik banget, huhu. Aku yg jadi gak enak...
Read moreSuper tasty food and really nice place and atmosphere.
However as the restaurant was totally empty, we felt really lonely. The waiters were patiently waiting that we made our choices as there is no translation whatsoever and they could not speak any english - which is totally fine. But after that, we both had to go to the reception desk to ask for cuttlery and then to...
Read moreRestoran terunik yang pernah saya kunjungi kayaknya karena konsepnya resto museum. Jadi sembari menunggu pesanan datang atau setelah makan bisa berkeliling di restoran untuk melihat artefak dan barang kuno yang dipamerkan yang kalau boleh jujur, banyak dan lengkap. Speechless! Bahkan poster yang ditempel pun mostly poster jadul real, bukan replika untuk kepentingan estetika seperti cafe pada umumnya.
Pelayanannya ramah pisan. Buat bapak waiter yang melayani (lupa namanya), terimakasih sudah sembari dijelaskan beberapa detil sejarah di restoran ini.
Untuk makanan, khususnya rawon, bisa dibilang ini salah satu rawon terenak yang pernah saya cicipi. Aslinya mau pesan rawon daging, tpi krna udh habis karena datengnya emng udh kemaleman juga, akhirnya pindah ke rawon buntut seharga hampir 100rb. Tpi emng worth it karena aslinya porsi sharing. Dapet 1 mangkok gede dan 3 potongan buntut dengan daging yang masih banyak. Dagingnya lembut parah dengan rasa kuah rawon otentik yang gurih tetapi tidak berat. Balance sekali.
Sungguh pengalaman berharga sekali bisa mampir di restoran ini. Semoga bisa ke sini lagi kalau balik ke Malang...
Read more