Oke masih dalam rangka paket Private Tour Joglowisata trip to Dieng (2 hari 1 malam) pada tanggal 5-6 November 2023, dengan berjalan kaki tidak jauh dari Kompleks Candi Arjuna maka kami bertiga tiba pada destinasi kedua yakni Museum Kailasa. Saya beberapa hari sebelum menuju destinasi ini telah menggali informasi terlebih dahulu dari beberapa literatur dan video YouTube Asisi Channel agar lebih mendalami sejarah dari objek yang akan kami kunjungi ini. Sebenarnya kata "Dieng" merupakan gubahan dari bahasa sanskerta yang merujuk pada wilayah suci "Pegunungan Dahiyang". Mengenai penamaan museum apabila dihubungkan dengan pemaknaan secara terminilogis, maka kata "Kailasa" yang berarti tempat tinggal dari Dewa Syiwa, dalam berbagai wiracarita purana dan kepercayaan Hindu, Dewa Syiwa dipercaya tinggal di puncak gunung tersuci, wilayah tempat tinggalnya inilah yang dinamakan sebagai "Kailas". Apabila mengacu pada penuturan Asisi Channel penamaan Kailasa didasari dengan banyaknya penemuan arca dan peninggalan sejarah lainnya di sekitar wilayah Dieng yang memang bercorak Hindu Syiwa, salah satu aliran Hindu yang membaktikan diri secara penuh pada Dewa Syiwa beserta Shakti dan Murid²nya. Saya sendiri menyaksikan koleksi dalam museum ini memang benar-benar bercorak Hindu Syiwa, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya patung² Syiwa Mahaguru, Syiwa Tandava, Syiwa Nataraja. Beberapa dokumentasi yang saya sertakan juga terlihat ada patung Lembu Nandini, juga arca "Durga Mahisasuramardhini" yang menggambarkan Dewi Durga sebagai shakti dari Dewa Syiwa yang sedang mencabut Asyura yang menyamar sebagai Lembu. Museum Kailasa ini akan terasa sangat menarik, terutama bagi para pengunjung yang memiliki minat terhadap sejarah, seni, dan budaya Hindu kuno di Nusantara. Museum ini menghadirkan puluhan bahkan ratusan koleksi yang kaya akan artefak bersejarah, termasuk ukiran batu yang indah, arca-arca Kasyaiwan yang mengesankan, dan artefak lainnya yang memberikan wawasan mendalam tentang kehidupan dan kepercayaan masyarakat Hindu di Dieng pada masa lampau. Pengunjung juga dapat mengeksplorasi koleksi museum ini sembari mendalami perkembangan kebudayaan dan peradaban Hindu di wilayah Dieng. Akhir kata Museum Kailasa tidak hanya merupakan tempat untuk belajar, tetapi juga untuk menghargai kekayaan budaya Indonesia yang beragam dan memahami pentingnya pelestarian warisan sejarah untuk generasi mendatang. Dengan panduan yang informatif dan suasana yang tenang, Museum Kailasa membuktikan diri mampu menjadi destinasi yang sangat saya rekomendasikan sebagai wisata edukasi sejarah bagi para pelajar, sejarawan, dan wisatawan yang ingin menjelajahi sejarah panjang peradaban Nusantara. Singkatnya anda semua wajib mengunjungi museum ini jika ke Dieng, jangan hanya wisata tok!!! (Lihatlah dokumentasi yang saya sertakan, sangat menarik lhoo). For all penilaian 9.5/10 utnuk keseluruhan aspek Museum...
Catatan: Tiket masuk museum ini sangat murah meriah, kalau tidak salah hanya 5ribuan saja, dengan tiket yang murah anda akan mendapatkan pembelajaran yang sangat mahal...
Read moreNama Kailasa berasal dari nama salah satu gunung tempat tinggal Dewa Syiwa. Nama ini disandangkan pada bangunan museum ini karena kepurbakalaan Dieng sangat identik dengan pemujaan terhadap Dewa Syiwa yang dapat diketahui dari peninggalan percandian maupun prasasti. Bangunan museum yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti toilet, mushola, café, gazebo, dan tempat parkir. Museum Kailasa diresmikan pada tanggal 28 Juli 2008 oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia Ir Jero Wacik.
Lokasi bangunan museum Kailasa terletak dibawah bukit pangonan yang menurut penuturan warga sering ditemukan berbagai peninggalan sejarah atau tepatnya di seberang Candi GATOTKACA , secara administratif masuk wilayah desa DIENG KULON, Kecamatan BATUR KAB . BANJARNEGARA .
Bangunan museum kailasa terdiri dari 4 bangunan utama yaitu tempat untuk menyimpan benda-benda cagar budaya, tempat untuk ruang informasi /artefak tentang Dieng dan pemutaran film tentang Dieng, bangunan toilet dan mushola dan bangunan untuk tempat pertunjukan dan pertemuan besar, sedangkan bangunan lain berupa gazebo – gazebo kecil di bagian atas yang dapat digunakan sebagai tempat istirahat dan menyaksikan pemandangan desa Dieng dan komplek candi arjuna.
Museum ini dijaga cukup ketat oleh petugas yang selalu berganti-ganti shif mengingat didalam museum ini terdapat benda-benda yang tak ternilai harganya, benda-benda peninggalan sejarah hindu jawa kuno dari abad ke 7- 8 Masehi, bahkan ada ruang khusus untuk menyimpan benda-benda peninggalan sejarah yang tidak sembarang orang dapat mengunjunginya, salah satu benda yang paling unik dan tidak ditemukan dibagian Indonesia manapun adalah ARCA KUDU , arca ini berbentuk kepala manusia dengan ornament sederhana dan ditemukan dibeberapa candi di India. CATATAN Pengelola musiaum harus lebih kreatif untuk menarik pengunjung dari...
Read moreSelain Dieng Plateau Theater, inilah tempat yang harus dikunjungi sebelum mengeksplorasi kawasan Dataran Tinggi Dieng. Museum Kailasa yang terletak di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, menyimpan berbagai hal yang berkaitan dengan Dieng. Mulai dari sejarah, catatan kehidupan masyarakat, kebudayaan, sistem kepercayaan, flora dan fauna.
Museum Kailasa yang berdiri di atas lahan seluas 560 meter persegi terdiri dari dua bangunan. Bangunan yang ada di sisi depan merupakan bangunan yang pertama dibuat. Bangunan ini didirikan pada tahun 1984. Di dalam bangunan ini, disimpan berbagai benda yang berhubungan dengan candi yang ada di Dataran Tinggi Dieng.
Masuk ke dalam bangunan ini, pengunjung akan menemukan berbagai arca, mala, makara, kemuncak atau atap candi, lingga dan yoning, tungku untuk menaruh sesaji, nandi atau tunggangan Dewa Syiwa dan Dewi Durga yang bertubuh singa dan berkepala sapi, mahakala, batu penutup, kinara kinari (mahluk khayangan), dan siva trisirah atau Dewa Syiwa yang memiliki tiga wajah.
Semua benda yang disimpan di bangunan pertama merupakan bagian dari candi-candi yang ada di kawasan Dataran Tinggi Dieng. Benda-benda tersebut disimpan di museum ini demi alasan keamanan atau tidak ditemukan posisinya dalam sebuah bangunan candi.
Sementara, bangunan kedua diresmikan pada tanggal 28 Juli 2008 oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata saat itu, Jero Wacik. Di ruangan ini, tersimpan koleksi yang lebih beragam.
Pengunjung dapat mengetahui sejarah terbentuknya Dataran Tinggi Dieng setelah letusan Gunung Prahu Tua, sumber batu andesit (batu yang digunakan dalam pembuatan candi) yang ada di Dataran Tinggi Dieng, serta sistem kepercayaan masyarakat Dieng.
Di bangunan ini juga disajikan informasi mengenai keragaman kesenian dan kebudayaan yang tumbuh di masyarakat Dieng, dan perihal anak...
Read more