HTML SitemapExplore
logo
Find Things to DoFind The Best Restaurants

National Archives Building of the Republic of Indonesia — Attraction in Jakarta

Name
National Archives Building of the Republic of Indonesia
Description
Nearby attractions
Kebon Jeruk Jami Mosque
9, Jl. Hayam Wuruk No.83 9, RT.9/RW.5, Maphar, Kec. Taman Sari, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11160, Indonesia
Playtopia Gajah Mada Plaza
Gajah Mada Plaza, Jl. Gajah Mada, RT.2/RW.1, Petojo Utara, Kecamatan Gambir, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10130, Indonesia
Nearby restaurants
Burger King Hayam Wuruk
Plaza 1, Jl. Hayam Wuruk No.108, RT.4/RW.9, Maphar, Kec. Taman Sari, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11160, Indonesia
Gajah Mada Food Street
Jl. Gajah Mada No.83, RT.4/RW.8, Krukut, Kec. Taman Sari, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11180, Indonesia
Suisse Bakery
114 Blok A No, Hayam Wuruk St 5-6, RT.10/RW.9, Maphar, Taman Sari, West Jakarta City, Jakarta 11180, Indonesia
AL BALAD RESTAURANT, ARABIAN & INDONESIAN FOOD
Jl. Gajah Mada No.95, RT.13/RW.7, Krukut, Kec. Taman Sari, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10130, Indonesia
ABUBA Steak - Gajahmada
Ruko GM No. 149AB, Jalan Gajah Mada, RT.3/RW.8, Keagungan, Kec. Taman Sari, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11130, Indonesia
KFC
Hayam Wuruk St, Maphar, Taman Sari, West Jakarta City, Jakarta 11160, Indonesia
Bakso A Kiaw 99
Jl. Raya Mangga Besar No.2B, RT.10/RW.9, Mangga Besar, Kec. Taman Sari, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11160, Indonesia
Gandy Steak House
Hayam Wuruk St No.73, RT.4/RW.5, Maphar, Taman Sari, West Jakarta City, Jakarta 11160, Indonesia
Super Suikiaw 菫華餃子店(俺の餃子)
Jl. Raya Mangga Besar No.5 3C, RT.5/RW.6, Mangga Besar, Taman Sari, West Jakarta City, Jakarta 11180, Indonesia
MySteak resto
Jl. Keamanan No.48 3, RT.3/RW.8, Keagungan, Kec. Taman Sari, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11130, Indonesia
Nearby hotels
Grand Paragon Hotel
Jl. Gajah Mada No.126, RT.13/RW.8, Keagungan, Kec. Taman Sari, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11130, Indonesia
Illigals Hotel & Club
Hayam Wuruk St No.108, RT.4/RW.9, Maphar, Taman Sari, West Jakarta City, Jakarta 11160, Indonesia
D'Paragon Gajah Mada Jakarta
Jl. Kejayaan Dalam Gg. L IV No.24, RT.6/RW.7, Krukut, Kec. Taman Sari, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11140, Indonesia
Santika Premiere Hayam Wuruk
Hayam Wuruk St No.125, RT.5/RW.6, Mangga Besar, Taman Sari, West Jakarta City, Jakarta 11180, Indonesia
de green Residence gajahmada
No.16, Jl. Keamanan, RT.3/RW.8, Keagungan, Taman Sari, West Jakarta City, Jakarta 11130, Indonesia
Antoni Hotel
Jl. Kebon Jeruk XIX No.111 F-G, RT.10/RW.9, Maphar, Kec. Taman Sari, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11160, Indonesia
Hotel Ro & Vi Boutique
Hayam Wuruk St No.79 B, RT.6/RW.5, Maphar, Taman Sari, West Jakarta City, Jakarta 11160, Indonesia
RedDoorz Plus near Hayam Wuruk 2
Hayam Wuruk St No.9 No.78P, RT.9/RW.5, Maphar, Taman Sari, West Jakarta City, Jakarta 11160, Indonesia
Mercure Jakarta Kota
Hayam Wuruk St No.123, Mangga Besar, Taman Sari, West Jakarta City, Jakarta 11160, Indonesia
TAMANSARI AGUNG RESIDENCE
Jl Keamanan no 52B Rt/Rw 03/08, Jl. Keamanan No.2, RT.2/RW.8, Keagungan, Kec. Taman Sari, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11130, Indonesia
Related posts
Keywords
National Archives Building of the Republic of Indonesia tourism.National Archives Building of the Republic of Indonesia hotels.National Archives Building of the Republic of Indonesia bed and breakfast. flights to National Archives Building of the Republic of Indonesia.National Archives Building of the Republic of Indonesia attractions.National Archives Building of the Republic of Indonesia restaurants.National Archives Building of the Republic of Indonesia travel.National Archives Building of the Republic of Indonesia travel guide.National Archives Building of the Republic of Indonesia travel blog.National Archives Building of the Republic of Indonesia pictures.National Archives Building of the Republic of Indonesia photos.National Archives Building of the Republic of Indonesia travel tips.National Archives Building of the Republic of Indonesia maps.National Archives Building of the Republic of Indonesia things to do.
National Archives Building of the Republic of Indonesia things to do, attractions, restaurants, events info and trip planning
National Archives Building of the Republic of Indonesia
IndonesiaJakartaNational Archives Building of the Republic of Indonesia

Basic Info

National Archives Building of the Republic of Indonesia

Jl. Gajah Mada No.111 1, RT.1/RW.1, Krukut, Kec. Taman Sari, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11140, Indonesia
4.5(1.3K)
Open 24 hours
Save
spot

Ratings & Description

Info

Cultural
Accessibility
Family friendly
attractions: Kebon Jeruk Jami Mosque, Playtopia Gajah Mada Plaza, restaurants: Burger King Hayam Wuruk, Gajah Mada Food Street, Suisse Bakery, AL BALAD RESTAURANT, ARABIAN & INDONESIAN FOOD, ABUBA Steak - Gajahmada, KFC, Bakso A Kiaw 99, Gandy Steak House, Super Suikiaw 菫華餃子店(俺の餃子), MySteak resto
logoLearn more insights from Wanderboat AI.
Phone
+62 21 6347744
Website
anri.go.id

Plan your stay

hotel
Pet-friendly Hotels in Jakarta
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.
hotel
Affordable Hotels in Jakarta
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.
hotel
The Coolest Hotels You Haven't Heard Of (Yet)
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.
hotel
Trending Stays Worth the Hype in Jakarta
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

Reviews

Nearby attractions of National Archives Building of the Republic of Indonesia

Kebon Jeruk Jami Mosque

Playtopia Gajah Mada Plaza

Kebon Jeruk Jami Mosque

Kebon Jeruk Jami Mosque

4.8

(607)

Open 24 hours
Click for details
Playtopia Gajah Mada Plaza

Playtopia Gajah Mada Plaza

4.6

(70)

Closed
Click for details

Things to do nearby

Explore Jakartas layers
Explore Jakartas layers
Mon, Dec 8 • 8:00 AM
Menteng, Jakarta, 10350, Indonesia
View details
Jakarta Social and Political Walk
Jakarta Social and Political Walk
Mon, Dec 8 • 3:00 PM
Sawah Besar, Jakarta, 10710, Indonesia
View details
Batik Story: Craft Your Own Piece
Batik Story: Craft Your Own Piece
Mon, Dec 8 • 10:00 AM
Kaum Jakarta Menteng, Jakarta, 10310, Indonesia
View details

Nearby restaurants of National Archives Building of the Republic of Indonesia

Burger King Hayam Wuruk

Gajah Mada Food Street

Suisse Bakery

AL BALAD RESTAURANT, ARABIAN & INDONESIAN FOOD

ABUBA Steak - Gajahmada

KFC

Bakso A Kiaw 99

Gandy Steak House

Super Suikiaw 菫華餃子店(俺の餃子)

MySteak resto

Burger King Hayam Wuruk

Burger King Hayam Wuruk

4.5

(2.3K)

Click for details
Gajah Mada Food Street

Gajah Mada Food Street

4.5

(1.3K)

$$

Click for details
Suisse Bakery

Suisse Bakery

4.7

(2.2K)

Click for details
AL BALAD RESTAURANT, ARABIAN & INDONESIAN FOOD

AL BALAD RESTAURANT, ARABIAN & INDONESIAN FOOD

4.6

(124)

Click for details
Get the Appoverlay
Get the AppOne tap to find yournext favorite spots!
Wanderboat LogoWanderboat

Your everyday Al companion for getaway ideas

CompanyAbout Us
InformationAI Trip PlannerSitemap
SocialXInstagramTiktokLinkedin
LegalTerms of ServicePrivacy Policy

Get the app

© 2025 Wanderboat. All rights reserved.
logo

Reviews of National Archives Building of the Republic of Indonesia

4.5
(1,267)
avatar
5.0
4y

Wisata Sejarah Jika berada di seputaran Harmoni atau Glodok, mampirlah ke sebuah bangunan kuno berukuran besar di jalan Gajah Mada No.112gh RT.1/RW.1, Kelurahan Krukut, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat. Persis di tepi jalan raya utama, dan dilalui moda transportasi TransJakarta arah Kota. Gedung ini tampak mencolok karena arsitekturnya sangat berbeda dengan bangunan di sekitarnya, memiliki taman yang luas dengan pagar serta pintu gerbang yang kokoh terbuat dari besi. Di masa pemerintahan Hindia Belanda, sekitar jalan Gajah Mada dan Hayam Wuruk (Molenvliet) memang merupakan kawasan elite yang menjadi tempat peristirahatan para pejabat pemerintahan dan orang-orang kaya Belanda, termasuk Gedung Arsip Nasional yang dibangun oleh Reiner de Klerk (1710-1780) ketika menjabat sebagai Gubernur Jenderal VOC. Pembangunannya memakan waktu lima tahun, peletakan batu pertama dilaksanakan tahun 1755 dan berhasil diselesaikan pada tahun 1760. Bangunan rumah induk bergaya tertutup (closed Dutch style) karena tidak memiliki serambi sebagaimana lazimnya di daerah tropis. Rumah dibuat dua lantai, berlangit-langit tinggi, serta memiliki tujuh jendela besar di lantai dua dan masing-masing tiga jendela di kiri-kanan pintu masuk. Lantainya menggunakan ubin yang kemudian diganti marmer di tahun 1925. Pintu-pintu kayu besar bagian atasnya diberi lubang angin (roaster) berukiran gaya barok, melambangkan iman dan harapan, serta tanaman dan bunga laut yang merujuk pada jabatan awal de Klerk sebagai awak kapal (calon perwira angkatan laut). Desain bangunan meski tampak sederhana tetapi detail hiasannya sangat menarik, bergaya renaissance, barok (baroque) , dan rokoko (rococo atau roccoco).  Rumah peristirahatan ini oleh de Klerk juga digunakan sebagai kantor saat berada di luar kota (luar benteng Batavia), dan tahun 1777-1780 dijadikan kediaman resmi pejabat tertinggi pemerintahan, karena banyak orang yang menghadapnya untuk urusan niaga pribadi meski sebenarnya hal itu dilarang. Enam ruang di lantai pertama digunakan untuk pertemuan serta presentasi, kantor tuan rumah di sisi kanan, dan kantor nyonya rumah di sisi kiri. Lantai pertama memiliki empat pintu masuk, dan di ruangan sisi kiri pintu masuk utama terdapat tangga menuju ke lantai dua yang digunakan khusus untuk keluarga. Di sisi kiri dan kanan bangunan utama terdapat paviliun untuk tamu, sedangkan di bagian belakang ada bangunan tambahan berlantai dua yang digunakan untuk kantor, dapur, serta gudang. Barang-barang yang ada di gudang nantinya diangkut melalui kali Krukut di bagian belakang pekarangan. Sepeninggal de Klerk, tanah dan rumah kemudian dilelang. Pemilik kedua adalah Johannes Siberg yang juga menjadi Gubernur Jenderal (1801-1805) dan mendiami rumah tersebut selama masa Perancis dan Inggris. Tahun 1817 oleh janda Johannes Siberg dijual kembali, dan setahun kemudian dibeli oleh seorang bekas tentara yang pernah bersumpah untuk memiliki rumah tersebut, akibat dendam mendapat hukuman lima puluh pukulan rotan setelah tertidur saat sedang piket di pintu pekarangan rumah de Klerk. Bekas tentara itu adalah Jehode Leip Jegiel Igel, seorang Yahudi dari Lemberg, Polandia, yang kemudian menggunakan nama Leendert Miero. Tahun 1844 oleh para ahli waris Mierro, rumah ini dijual kepada Dewan Diakon Gereja Reformasi dan digunakan sebagai panti asuhan yatim piatu hingga tahun 1900. Tahun 1901 gedung bekas rumah de Klerk dibeli oleh pemerintah dan dikondisikan seperti semula dengan membongkar kapel bergaya Yunani di bagian depan rumah. Bangunan ini kemudian dijadikan kantor Departemen Pertambangan selama hampir 25 tahun. Pada tahun 1925 rumah ini dipugar dan tamannya ditata kembali sesuai gambar lama yang pernah dibuat oleh seorang perwira artileri berkebangsaan Denmark, Johannes Rach. Usai dipugar kemudian digunakan sebagai Landsarchief, yang sesudah proklamasi kemerdekaan menjadi Arsip Nasional. Tahun 1974 Arsip Nasional dipindahkan ke Jalan Ampera, Jak Sel, Setelah pemindahan selesai gedung ini tidak digunakan sama sekali, Tidak ada loket pembelian tiket sebabmemang masuk ke museum...

   Read more
avatar
5.0
6y

RI National Archives Building. This building is a heritage building of the Dutch colonial government that was built in the 18th century. At that time this building was the residence of the VOC governor-general, Reinier de Klerk. Through a long journey of history, this building subsequently became a government office to finally become a national archive building. This building remains as evidence of history and culture passed down from generation to generation to the present.

This building is still beautiful and well maintained as when it was first built only now the lighting system has been modern with electric lights, but the antique lamp ornaments of the past are still maintained.

Now, this building is used as a function room where you can rent it as a wedding reception venue, office seminar, exhibition or product launching. All the money received is used to maintain this building to survive.

As a wedding photographer I also often rent this place as a pre-wedding...

   Read more
avatar
5.0
7y

A well-kept old-building functioning as an event space from exhibitions, small concerts to the regular weddings. The only public indoor place is the foyer but it's quite spacious. The rest is either half-indoor or downright garden area. But the garden is the perfect size of quite the intimate or even Indonesia-style wedding of standing party with min 200 guests. I love the whole concept of the place. Only one concern: considering that this place hosts quite the formal event and there is very limited parking space inside, the gravel road from the gate to the main entrance is such an arduous journey to make for anyone with formal shoes, tbh. Also, parts of the breezeway are also uneven. Not very formal attire friendly. And since it's a garden in Jakarta, be prepared for the humidity...

   Read more
Page 1 of 7
Previous
Next

Posts

Mata DewaMata Dewa
Wisata Sejarah Jika berada di seputaran Harmoni atau Glodok, mampirlah ke sebuah bangunan kuno berukuran besar di jalan Gajah Mada No.112gh RT.1/RW.1, Kelurahan Krukut, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat. Persis di tepi jalan raya utama, dan dilalui moda transportasi TransJakarta arah Kota. Gedung ini tampak mencolok karena arsitekturnya sangat berbeda dengan bangunan di sekitarnya, memiliki taman yang luas dengan pagar serta pintu gerbang yang kokoh terbuat dari besi. Di masa pemerintahan Hindia Belanda, sekitar jalan Gajah Mada dan Hayam Wuruk (Molenvliet) memang merupakan kawasan elite yang menjadi tempat peristirahatan para pejabat pemerintahan dan orang-orang kaya Belanda, termasuk Gedung Arsip Nasional yang dibangun oleh Reiner de Klerk (1710-1780) ketika menjabat sebagai Gubernur Jenderal VOC. Pembangunannya memakan waktu lima tahun, peletakan batu pertama dilaksanakan tahun 1755 dan berhasil diselesaikan pada tahun 1760. Bangunan rumah induk bergaya tertutup (closed Dutch style) karena tidak memiliki serambi sebagaimana lazimnya di daerah tropis. Rumah dibuat dua lantai, berlangit-langit tinggi, serta memiliki tujuh jendela besar di lantai dua dan masing-masing tiga jendela di kiri-kanan pintu masuk. Lantainya menggunakan ubin yang kemudian diganti marmer di tahun 1925. Pintu-pintu kayu besar bagian atasnya diberi lubang angin (roaster) berukiran gaya barok, melambangkan iman dan harapan, serta tanaman dan bunga laut yang merujuk pada jabatan awal de Klerk sebagai awak kapal (calon perwira angkatan laut). Desain bangunan meski tampak sederhana tetapi detail hiasannya sangat menarik, bergaya renaissance, barok (baroque) , dan rokoko (rococo atau roccoco).  Rumah peristirahatan ini oleh de Klerk juga digunakan sebagai kantor saat berada di luar kota (luar benteng Batavia), dan tahun 1777-1780 dijadikan kediaman resmi pejabat tertinggi pemerintahan, karena banyak orang yang menghadapnya untuk urusan niaga pribadi meski sebenarnya hal itu dilarang. Enam ruang di lantai pertama digunakan untuk pertemuan serta presentasi, kantor tuan rumah di sisi kanan, dan kantor nyonya rumah di sisi kiri. Lantai pertama memiliki empat pintu masuk, dan di ruangan sisi kiri pintu masuk utama terdapat tangga menuju ke lantai dua yang digunakan khusus untuk keluarga. Di sisi kiri dan kanan bangunan utama terdapat paviliun untuk tamu, sedangkan di bagian belakang ada bangunan tambahan berlantai dua yang digunakan untuk kantor, dapur, serta gudang. Barang-barang yang ada di gudang nantinya diangkut melalui kali Krukut di bagian belakang pekarangan. Sepeninggal de Klerk, tanah dan rumah kemudian dilelang. Pemilik kedua adalah Johannes Siberg yang juga menjadi Gubernur Jenderal (1801-1805) dan mendiami rumah tersebut selama masa Perancis dan Inggris. Tahun 1817 oleh janda Johannes Siberg dijual kembali, dan setahun kemudian dibeli oleh seorang bekas tentara yang pernah bersumpah untuk memiliki rumah tersebut, akibat dendam mendapat hukuman lima puluh pukulan rotan setelah tertidur saat sedang piket di pintu pekarangan rumah de Klerk. Bekas tentara itu adalah Jehode Leip Jegiel Igel, seorang Yahudi dari Lemberg, Polandia, yang kemudian menggunakan nama Leendert Miero. Tahun 1844 oleh para ahli waris Mierro, rumah ini dijual kepada Dewan Diakon Gereja Reformasi dan digunakan sebagai panti asuhan yatim piatu hingga tahun 1900. Tahun 1901 gedung bekas rumah de Klerk dibeli oleh pemerintah dan dikondisikan seperti semula dengan membongkar kapel bergaya Yunani di bagian depan rumah. Bangunan ini kemudian dijadikan kantor Departemen Pertambangan selama hampir 25 tahun. Pada tahun 1925 rumah ini dipugar dan tamannya ditata kembali sesuai gambar lama yang pernah dibuat oleh seorang perwira artileri berkebangsaan Denmark, Johannes Rach. Usai dipugar kemudian digunakan sebagai Landsarchief, yang sesudah proklamasi kemerdekaan menjadi Arsip Nasional. Tahun 1974 Arsip Nasional dipindahkan ke Jalan Ampera, Jak Sel, Setelah pemindahan selesai gedung ini tidak digunakan sama sekali, Tidak ada loket pembelian tiket sebabmemang masuk ke museum ini gratis🙏
MUHAMMAD RONYMUHAMMAD RONY
Jl. Gajah Mada No.111, RT.1/RW.1, Krukut, Kec. Taman Sari, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11140 Gedung Arsip Nasional adalah suatu bangunan bersejarah dengan gaya Eropa di Jakarta. Letaknya di Jalan Gajah Mada. Gedung ini adalah bekas kediaman gubernur jenderal VOC Reynier de Klerk dan dibangun pada abad ke-18. Tahun 1900, ada rencana untuk membongkarnya dan membangun pertokoan di tempatnya. Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen ("perhimpunan Batavia untuk seni dan ilmu"), yang justru didirikan de Klerk, turun tangan untuk menyelamatkannya. Antara lain, Genootschap menghibahkan mebel yang masih terlihat di gedung itu. Hingga tahun 1925, gedung ini dipakai departemen Pertambangan pemerintah kolonial Hindia Belanda. Kemudian, tempat tersebut dijadikan Lands archief ("arsip negeri"), yang setelah kemerdekaan Republik Indonesia menjadi gedung arsip nasional. Tahun 1974, arsip nasional dipindahkan ke gedung baru di Jalan Ampera, Jakarta Selatan. Setelah pemindahan selesai tahun 1979, gedung ini tidak digunakan sama sekali dan kondisinya semakin memburuk menjelang tahun 1990-an.[4] Tahun sama, ada kabar angin bahwa gedung lama akan dibongkar keluarga mantan presiden Soeharto untuk membangun pertokoan, seperti pada tahun 1900. Gedung ini diselamatkan sekelompok usahawan Belanda yang mendirikan Stichting Cadeau Indonesia ("yayasan hadiah Indonesia") yang ingin memberikannya sebagai hadiah ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-50. Yayasan tersebut mengumpulkan dana untuk memugarnya dan menjadikannya sebuah museum.[4] Pemugaran rampung awal tahun 1998. Tanggal 13 Mei terjadi kerusuhan di Jakarta. Bank yang letaknya di sebelah dibakar, dan Gedung Arsip memperbolehkan karyawan bank berlindung di dalamnya. Para perusuh mengejar mereka ke dalam, tetapi diusir para buruh yang masih ada di tempat dan tidak ingin hasil pekerjaan mereka dihancurkan.[5] Saat ini gedung tersebut difungsikan kembali sebagai kantor Pusat Studi Arsip Statis Kepresidenan, Arsip Nasional Republik Indonesia. Unit ini unit kerja setingkat Eselon II di bawah Arsip Nasional Republik Indonesia. Di bagian depan yang merupakan bangunan Cagar Budaya difungsikan sebagai lokasi pameran berkala, sedangkan di bagian belakang yang merupakan gedung baru difungsikan sebagai diorama arsip kepresidenan.
Debora SetyaningtiyasDebora Setyaningtiyas
Pengalaman yg sungguh berkesan bisa main, berkunjung ke Gedung Arsip Nasional. Saya suka sekali berada di sini karena tempatnya aesthetic dan vintage sekali. Saat itu, saya jg sedang cosplay memakai pakaian era kolonial. Ternyata matching banget sama tempatnya. ☺ Pemandunya sangat helpful dan ramah. Lucu jg orangnya. Tapi saya lupa tanya namanya. Kalau bapak baca ini, sy mau blg terima kasih sudah ajak saya berkeliling gedung vintage ini. 🙏 Saya sempat ke lantai atas juga, ruang kerja gubernur. Tapi hny 10 menit. Pemandunya blg kalau terasa sesak di sana harus segera turun dan keluar. Soalnya itu pertanda bahwa kita "sensitif" dan bisa merasakan kehadiran yg tak kasat mata di sini. Klo dipaksain takutnya kesurupan.Ya saya coba ikuti saja nasihatnya dan benar ternyata lgsg normal lg nafasnya. Saya byk berfoto di sini tp ada perasaan g nyaman, semacam takut gt, krn perasaan saya byk yg liatin. Tp g bs diliat. Mana hari itu mendung dan hujan rintik. Agak merinding tp betul2 takjub sm arsitekturnya. Saranku, kalau kalian lumayan sensitif, jgn dtg dgn pikiran kosong ya. Rame2 lbh seru.
See more posts
See more posts
hotel
Find your stay

Pet-friendly Hotels in Jakarta

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

Wisata Sejarah Jika berada di seputaran Harmoni atau Glodok, mampirlah ke sebuah bangunan kuno berukuran besar di jalan Gajah Mada No.112gh RT.1/RW.1, Kelurahan Krukut, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat. Persis di tepi jalan raya utama, dan dilalui moda transportasi TransJakarta arah Kota. Gedung ini tampak mencolok karena arsitekturnya sangat berbeda dengan bangunan di sekitarnya, memiliki taman yang luas dengan pagar serta pintu gerbang yang kokoh terbuat dari besi. Di masa pemerintahan Hindia Belanda, sekitar jalan Gajah Mada dan Hayam Wuruk (Molenvliet) memang merupakan kawasan elite yang menjadi tempat peristirahatan para pejabat pemerintahan dan orang-orang kaya Belanda, termasuk Gedung Arsip Nasional yang dibangun oleh Reiner de Klerk (1710-1780) ketika menjabat sebagai Gubernur Jenderal VOC. Pembangunannya memakan waktu lima tahun, peletakan batu pertama dilaksanakan tahun 1755 dan berhasil diselesaikan pada tahun 1760. Bangunan rumah induk bergaya tertutup (closed Dutch style) karena tidak memiliki serambi sebagaimana lazimnya di daerah tropis. Rumah dibuat dua lantai, berlangit-langit tinggi, serta memiliki tujuh jendela besar di lantai dua dan masing-masing tiga jendela di kiri-kanan pintu masuk. Lantainya menggunakan ubin yang kemudian diganti marmer di tahun 1925. Pintu-pintu kayu besar bagian atasnya diberi lubang angin (roaster) berukiran gaya barok, melambangkan iman dan harapan, serta tanaman dan bunga laut yang merujuk pada jabatan awal de Klerk sebagai awak kapal (calon perwira angkatan laut). Desain bangunan meski tampak sederhana tetapi detail hiasannya sangat menarik, bergaya renaissance, barok (baroque) , dan rokoko (rococo atau roccoco).  Rumah peristirahatan ini oleh de Klerk juga digunakan sebagai kantor saat berada di luar kota (luar benteng Batavia), dan tahun 1777-1780 dijadikan kediaman resmi pejabat tertinggi pemerintahan, karena banyak orang yang menghadapnya untuk urusan niaga pribadi meski sebenarnya hal itu dilarang. Enam ruang di lantai pertama digunakan untuk pertemuan serta presentasi, kantor tuan rumah di sisi kanan, dan kantor nyonya rumah di sisi kiri. Lantai pertama memiliki empat pintu masuk, dan di ruangan sisi kiri pintu masuk utama terdapat tangga menuju ke lantai dua yang digunakan khusus untuk keluarga. Di sisi kiri dan kanan bangunan utama terdapat paviliun untuk tamu, sedangkan di bagian belakang ada bangunan tambahan berlantai dua yang digunakan untuk kantor, dapur, serta gudang. Barang-barang yang ada di gudang nantinya diangkut melalui kali Krukut di bagian belakang pekarangan. Sepeninggal de Klerk, tanah dan rumah kemudian dilelang. Pemilik kedua adalah Johannes Siberg yang juga menjadi Gubernur Jenderal (1801-1805) dan mendiami rumah tersebut selama masa Perancis dan Inggris. Tahun 1817 oleh janda Johannes Siberg dijual kembali, dan setahun kemudian dibeli oleh seorang bekas tentara yang pernah bersumpah untuk memiliki rumah tersebut, akibat dendam mendapat hukuman lima puluh pukulan rotan setelah tertidur saat sedang piket di pintu pekarangan rumah de Klerk. Bekas tentara itu adalah Jehode Leip Jegiel Igel, seorang Yahudi dari Lemberg, Polandia, yang kemudian menggunakan nama Leendert Miero. Tahun 1844 oleh para ahli waris Mierro, rumah ini dijual kepada Dewan Diakon Gereja Reformasi dan digunakan sebagai panti asuhan yatim piatu hingga tahun 1900. Tahun 1901 gedung bekas rumah de Klerk dibeli oleh pemerintah dan dikondisikan seperti semula dengan membongkar kapel bergaya Yunani di bagian depan rumah. Bangunan ini kemudian dijadikan kantor Departemen Pertambangan selama hampir 25 tahun. Pada tahun 1925 rumah ini dipugar dan tamannya ditata kembali sesuai gambar lama yang pernah dibuat oleh seorang perwira artileri berkebangsaan Denmark, Johannes Rach. Usai dipugar kemudian digunakan sebagai Landsarchief, yang sesudah proklamasi kemerdekaan menjadi Arsip Nasional. Tahun 1974 Arsip Nasional dipindahkan ke Jalan Ampera, Jak Sel, Setelah pemindahan selesai gedung ini tidak digunakan sama sekali, Tidak ada loket pembelian tiket sebabmemang masuk ke museum ini gratis🙏
Mata Dewa

Mata Dewa

hotel
Find your stay

Affordable Hotels in Jakarta

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

Get the Appoverlay
Get the AppOne tap to find yournext favorite spots!
Jl. Gajah Mada No.111, RT.1/RW.1, Krukut, Kec. Taman Sari, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11140 Gedung Arsip Nasional adalah suatu bangunan bersejarah dengan gaya Eropa di Jakarta. Letaknya di Jalan Gajah Mada. Gedung ini adalah bekas kediaman gubernur jenderal VOC Reynier de Klerk dan dibangun pada abad ke-18. Tahun 1900, ada rencana untuk membongkarnya dan membangun pertokoan di tempatnya. Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen ("perhimpunan Batavia untuk seni dan ilmu"), yang justru didirikan de Klerk, turun tangan untuk menyelamatkannya. Antara lain, Genootschap menghibahkan mebel yang masih terlihat di gedung itu. Hingga tahun 1925, gedung ini dipakai departemen Pertambangan pemerintah kolonial Hindia Belanda. Kemudian, tempat tersebut dijadikan Lands archief ("arsip negeri"), yang setelah kemerdekaan Republik Indonesia menjadi gedung arsip nasional. Tahun 1974, arsip nasional dipindahkan ke gedung baru di Jalan Ampera, Jakarta Selatan. Setelah pemindahan selesai tahun 1979, gedung ini tidak digunakan sama sekali dan kondisinya semakin memburuk menjelang tahun 1990-an.[4] Tahun sama, ada kabar angin bahwa gedung lama akan dibongkar keluarga mantan presiden Soeharto untuk membangun pertokoan, seperti pada tahun 1900. Gedung ini diselamatkan sekelompok usahawan Belanda yang mendirikan Stichting Cadeau Indonesia ("yayasan hadiah Indonesia") yang ingin memberikannya sebagai hadiah ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-50. Yayasan tersebut mengumpulkan dana untuk memugarnya dan menjadikannya sebuah museum.[4] Pemugaran rampung awal tahun 1998. Tanggal 13 Mei terjadi kerusuhan di Jakarta. Bank yang letaknya di sebelah dibakar, dan Gedung Arsip memperbolehkan karyawan bank berlindung di dalamnya. Para perusuh mengejar mereka ke dalam, tetapi diusir para buruh yang masih ada di tempat dan tidak ingin hasil pekerjaan mereka dihancurkan.[5] Saat ini gedung tersebut difungsikan kembali sebagai kantor Pusat Studi Arsip Statis Kepresidenan, Arsip Nasional Republik Indonesia. Unit ini unit kerja setingkat Eselon II di bawah Arsip Nasional Republik Indonesia. Di bagian depan yang merupakan bangunan Cagar Budaya difungsikan sebagai lokasi pameran berkala, sedangkan di bagian belakang yang merupakan gedung baru difungsikan sebagai diorama arsip kepresidenan.
MUHAMMAD RONY

MUHAMMAD RONY

hotel
Find your stay

The Coolest Hotels You Haven't Heard Of (Yet)

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

hotel
Find your stay

Trending Stays Worth the Hype in Jakarta

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

Pengalaman yg sungguh berkesan bisa main, berkunjung ke Gedung Arsip Nasional. Saya suka sekali berada di sini karena tempatnya aesthetic dan vintage sekali. Saat itu, saya jg sedang cosplay memakai pakaian era kolonial. Ternyata matching banget sama tempatnya. ☺ Pemandunya sangat helpful dan ramah. Lucu jg orangnya. Tapi saya lupa tanya namanya. Kalau bapak baca ini, sy mau blg terima kasih sudah ajak saya berkeliling gedung vintage ini. 🙏 Saya sempat ke lantai atas juga, ruang kerja gubernur. Tapi hny 10 menit. Pemandunya blg kalau terasa sesak di sana harus segera turun dan keluar. Soalnya itu pertanda bahwa kita "sensitif" dan bisa merasakan kehadiran yg tak kasat mata di sini. Klo dipaksain takutnya kesurupan.Ya saya coba ikuti saja nasihatnya dan benar ternyata lgsg normal lg nafasnya. Saya byk berfoto di sini tp ada perasaan g nyaman, semacam takut gt, krn perasaan saya byk yg liatin. Tp g bs diliat. Mana hari itu mendung dan hujan rintik. Agak merinding tp betul2 takjub sm arsitekturnya. Saranku, kalau kalian lumayan sensitif, jgn dtg dgn pikiran kosong ya. Rame2 lbh seru.
Debora Setyaningtiyas

Debora Setyaningtiyas

See more posts
See more posts