Wisata Sejarah Jika berada di seputaran Harmoni atau Glodok, mampirlah ke sebuah bangunan kuno berukuran besar di jalan Gajah Mada No.112gh RT.1/RW.1, Kelurahan Krukut, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat. Persis di tepi jalan raya utama, dan dilalui moda transportasi TransJakarta arah Kota. Gedung ini tampak mencolok karena arsitekturnya sangat berbeda dengan bangunan di sekitarnya, memiliki taman yang luas dengan pagar serta pintu gerbang yang kokoh terbuat dari besi. Di masa pemerintahan Hindia Belanda, sekitar jalan Gajah Mada dan Hayam Wuruk (Molenvliet) memang merupakan kawasan elite yang menjadi tempat peristirahatan para pejabat pemerintahan dan orang-orang kaya Belanda, termasuk Gedung Arsip Nasional yang dibangun oleh Reiner de Klerk (1710-1780) ketika menjabat sebagai Gubernur Jenderal VOC. Pembangunannya memakan waktu lima tahun, peletakan batu pertama dilaksanakan tahun 1755 dan berhasil diselesaikan pada tahun 1760. Bangunan rumah induk bergaya tertutup (closed Dutch style) karena tidak memiliki serambi sebagaimana lazimnya di daerah tropis. Rumah dibuat dua lantai, berlangit-langit tinggi, serta memiliki tujuh jendela besar di lantai dua dan masing-masing tiga jendela di kiri-kanan pintu masuk. Lantainya menggunakan ubin yang kemudian diganti marmer di tahun 1925. Pintu-pintu kayu besar bagian atasnya diberi lubang angin (roaster) berukiran gaya barok, melambangkan iman dan harapan, serta tanaman dan bunga laut yang merujuk pada jabatan awal de Klerk sebagai awak kapal (calon perwira angkatan laut). Desain bangunan meski tampak sederhana tetapi detail hiasannya sangat menarik, bergaya renaissance, barok (baroque) , dan rokoko (rococo atau roccoco). Rumah peristirahatan ini oleh de Klerk juga digunakan sebagai kantor saat berada di luar kota (luar benteng Batavia), dan tahun 1777-1780 dijadikan kediaman resmi pejabat tertinggi pemerintahan, karena banyak orang yang menghadapnya untuk urusan niaga pribadi meski sebenarnya hal itu dilarang. Enam ruang di lantai pertama digunakan untuk pertemuan serta presentasi, kantor tuan rumah di sisi kanan, dan kantor nyonya rumah di sisi kiri. Lantai pertama memiliki empat pintu masuk, dan di ruangan sisi kiri pintu masuk utama terdapat tangga menuju ke lantai dua yang digunakan khusus untuk keluarga. Di sisi kiri dan kanan bangunan utama terdapat paviliun untuk tamu, sedangkan di bagian belakang ada bangunan tambahan berlantai dua yang digunakan untuk kantor, dapur, serta gudang. Barang-barang yang ada di gudang nantinya diangkut melalui kali Krukut di bagian belakang pekarangan. Sepeninggal de Klerk, tanah dan rumah kemudian dilelang. Pemilik kedua adalah Johannes Siberg yang juga menjadi Gubernur Jenderal (1801-1805) dan mendiami rumah tersebut selama masa Perancis dan Inggris. Tahun 1817 oleh janda Johannes Siberg dijual kembali, dan setahun kemudian dibeli oleh seorang bekas tentara yang pernah bersumpah untuk memiliki rumah tersebut, akibat dendam mendapat hukuman lima puluh pukulan rotan setelah tertidur saat sedang piket di pintu pekarangan rumah de Klerk. Bekas tentara itu adalah Jehode Leip Jegiel Igel, seorang Yahudi dari Lemberg, Polandia, yang kemudian menggunakan nama Leendert Miero. Tahun 1844 oleh para ahli waris Mierro, rumah ini dijual kepada Dewan Diakon Gereja Reformasi dan digunakan sebagai panti asuhan yatim piatu hingga tahun 1900. Tahun 1901 gedung bekas rumah de Klerk dibeli oleh pemerintah dan dikondisikan seperti semula dengan membongkar kapel bergaya Yunani di bagian depan rumah. Bangunan ini kemudian dijadikan kantor Departemen Pertambangan selama hampir 25 tahun. Pada tahun 1925 rumah ini dipugar dan tamannya ditata kembali sesuai gambar lama yang pernah dibuat oleh seorang perwira artileri berkebangsaan Denmark, Johannes Rach. Usai dipugar kemudian digunakan sebagai Landsarchief, yang sesudah proklamasi kemerdekaan menjadi Arsip Nasional. Tahun 1974 Arsip Nasional dipindahkan ke Jalan Ampera, Jak Sel, Setelah pemindahan selesai gedung ini tidak digunakan sama sekali, Tidak ada loket pembelian tiket sebabmemang masuk ke museum...
Read moreRI National Archives Building. This building is a heritage building of the Dutch colonial government that was built in the 18th century. At that time this building was the residence of the VOC governor-general, Reinier de Klerk. Through a long journey of history, this building subsequently became a government office to finally become a national archive building. This building remains as evidence of history and culture passed down from generation to generation to the present.
This building is still beautiful and well maintained as when it was first built only now the lighting system has been modern with electric lights, but the antique lamp ornaments of the past are still maintained.
Now, this building is used as a function room where you can rent it as a wedding reception venue, office seminar, exhibition or product launching. All the money received is used to maintain this building to survive.
As a wedding photographer I also often rent this place as a pre-wedding...
Read moreA well-kept old-building functioning as an event space from exhibitions, small concerts to the regular weddings. The only public indoor place is the foyer but it's quite spacious. The rest is either half-indoor or downright garden area. But the garden is the perfect size of quite the intimate or even Indonesia-style wedding of standing party with min 200 guests. I love the whole concept of the place. Only one concern: considering that this place hosts quite the formal event and there is very limited parking space inside, the gravel road from the gate to the main entrance is such an arduous journey to make for anyone with formal shoes, tbh. Also, parts of the breezeway are also uneven. Not very formal attire friendly. And since it's a garden in Jakarta, be prepared for the humidity...
Read more