Makan siang disini bersama keluarga. Sebenarnya tidak ada rencana mau ke sini, tapi berhibung jam makan siang sudah lewat, dan kebetulan lewat kampus, merapatlah kami ke rumah makan ini.
Sebelum saya reviu lebih lanjut, membaca reviu-reviu sebelumnya terhadap tempat ini saya melihaa ada dua golongan besar yang pro dan kontra terhadap keberadaan rumah mkana ini. Ada yang memberikan bintang 5 karena rasanya, karena nostalgila masa lampau, karena legendnya dan lain-lain. Sedangkna ynag kontra, semuanya sepakat dalma hal harga yang overpriced dan rasanya yang B saja.
Saya mencoba observasi dan meneliti kondisi diatas, dengan hasil sebagai berikut.
Hal yang sangat tampak mencolok dsini adalah tidak ada mahasiswa kinyis-kinyis yang makan disini, Yang ada adalah mhasiswa tempo doeloe (sesuai tag line rumah makan ini), yang mungkin datang kesini atas dasar nostalgila masa lampau dan tidak peduli berapapun harga yang dipatok disini, meskipun dari segi rasa, yang namanya pecel dari dulu sampai sekarang ya itu-itu saja rasanya. Secara sayur-sayuran sama, yang membedakan hanya di racikan sambal kacangnya. Menurut kami, rasa sambal kacangnya pun bisa diperoleh dimana saja, bahkan di penjual pecel di pasar pun sambal kacangnya setara.
Dari sini hipotesis yang kontra terbukti. mohon maaf bias, karena pada waktu kuliah disini tidak pernah direkomendasikan sama kawan-kawan kuliah untuk makan disini. Seringnya di kantin bonbin tercinta milik FIB (depan kampus FEB). Sehingaa selama kuliah, saya belum pernah makan disini. Sekalinya makan disini saya tersadarkan, kenapa tempat ini dijauhi oleh mahasiswa kinyis-kinyis. Beda level.
Untuk nasi sup, harganya memang bukan harga kampus. Harga legend. Karena dengan daging yang tidak banyak, dihargai terlalu tinggi. Adapun rasa kuahnya juga tidak berbeda dengan sup ditempat lain. Benar benar legend.
Catatan untuk sup: Patut disimak salah satu reviu dari local guide yang mengatakan bahwa jika sup diambilkan oleh mbak-mbak, alamat dagingnya sedikit. Mungkin hipotesis ini benar aadanya, karena saat order, sup disiapkan oleh mbak-mbak.
Disisi yang lain,
ada gamelan karawitan bagi penggemar karawitan untuk nostalgila juga. Bagi kami sekeluarga, tidak cocok makan diiringi dengan alunan musik/gamelan yang cukup mengganggu kenikmatan makan.
Dengan harga yang ditawarkan disini setara harga makanan restaurant di mall, tapi dengan pelayanannya yang minim. (Semisal, habis order pecel, kita pula yang bawa. Habis order minuman, kita juga yang bawa ke meja kita. Endingnya waktu akan bayar, kita juga yang menyebutkan apa saja menu yang sudah dipesan kita.) Ribeet.
IMHO, sesuai dengan tag line nya, hanya cocok untuk: para mahasiswa tempo doeloe yang sekarang sudah pada sukses. Para alumni yang ingin nostalgila/mengenang masa lalu ketika makna disini.
Untuk kami sekeluarga, pass. Apalagi bagi anda yang tidak punya kenangan disini, kecewa anda.
Last, Legend akan selalu menjadi legend jika dan hanya jika pengalaman atau sensasi makan disini dirasakan juga oleh mahasiswa kinyis-kinyis dan calon-calon mahasiswa yang akan datang. Jika tidak, legend akan terancam...
Read moreSimple dish with simple ingredients (mostly amaranth and bean sprouts) topped with beautifully marinated pecel sauce. I added tempe goreng, tahu goreng, and sunny side egg to the plate. I really love how beautifully this food tasted despite its humble components.
The tempe really was special for me. It looked just like any other tempe goreng, but it was salty and savory to the core and had the fragrance as if it was fried in shallot oil. Really, really beautiful. We liked it so much that we ordered more pieces of the tempe just to eat it by itself.
The sop bening (clear soup with beef, vermicelli, carrots, potatoes, cabbage, indonesian celery, green onions, and fried shallots) is also very well balanced and tasty. Savory broth and tender meat.
For the price point, it is really worth it. I really recommend eating...
Read moreFor someone who loves Javanese traditional food, pecel, this is the right place for you. Not only pecel, but they also provide a traditional beef soup. Pecel is a kind of traditional salad consists of boiled vegetables such as spinach, long bean, bean sprout that served with peanut sauce and rice. The place that was established in 1959 has been known as one of the culinary heritage icons in Yogyakarta, specifically, in Universitas Gadjah Mada. Since there is a lot of this university alumni that have some memories regarding this place in the past. Sometimes they come recently for a reunion or something that I called, a sentimental journey. And I would give a 5-star review if the owner could set the price to be...
Read more