Warung Soto Ayam Selan Semarang menjadi salah satu kuliner khas Indonesia yang sudah melampaui tiga generasi dan masih bertahan hingga saat ini. Usaha Soto Selan ini awalnya didirikan oleh Ibu Kiem Roam atau Mak Wang pada tahun 1956.
Pada tahun 1956 warung Soto Selan ini berada di sebuah tempat sederhana yang berada di Jalan Agus Salim. Namun pada tahun 1973 warung Soto Selan berpindah tempat di jalan Gajah Mada, karena di tempat yang dahulu sudah diubah menjadi kawasan pertokoan. Dahulu warung Soto Selan ini hanya dikelola oleh Ibu Kiem Roam beserta dengan anaknya saja, dan belum memiliki karyawan. Begitu juga dengan menu yang dijual hanya Soto dan juga perkedel serta tempe saja.
Selanjutnya Soto Selan dikelola oleh Bapak Agung (Cucu dari Ibu Kiem Roam) berlokasi di Jalan Depok no.36D, Semarang.
Nama Soto Selan Semarang kini sudah melegenda di kalangan pecinta kuliner. Bagaimana tidak? Meski berdiri sejak tahun 1956, namun rasa soto ayam kampung ini tidak berubah hingga sekarang. Hal ini dikarenakan generasi penerusnya tetap mempertahankan resep warisan leluhur mereka yang menggunakan bumbu dan rempah-rempah khas Indonesia yang memiliki cita rasa khas.
warung soto ayam ini adalah usaha nenek moyang mereka yang sudah diwariskan selama 4 generasi.
“Soto Selan Semarang memiliki rasa yang berbeda dengan soto pada umumnya, kita akan terus jaga resep ini untuk tetap sama dan tidak akan pernah berubah. Kami akan terus mempertahankan cita rasa yang ada di warung makan Soto Selan Semarang hingga ke generasi berikutnya,”
Setelah malang melintang di dunia persotoan, Soto Selan Semarang mengembangkan sayapnya di Ibu Kota Jakarta pada tahun 1974 dengan membuka warung di kawasan Jl Pintu Air Raya, Pasar Baru, Jakarta Pusat. Saat ini Soto Selan Semarang sudah memiliki 4 cabang di Jakarta dan 1 Cabang di Tangerang.
Lalu seperti apa rasa dan tampilan Soto Selan Semarang? Berdasarkan pengalaman saya sebagai pelanggan setia sejak kecil, rasa kaldu ayam pada kuahnya yang bening terasa sekali. Sedangkan penyajiannya, seporsi soto berisi tauge rebus, seledri, suwiran daging ayam dan taburan bawang putih goreng. Untuk membuat kaldu dan daging ayam gurih, digunakan ayam kampung yang betina. Sebab itu rasa kaldunya lebih gurih dan dagingnya pun lebih empuk. Hm,,, rasanya memang nikmat.
Nah... Tunggu apalagi. Cita rasa Soto Selan Semarang yang sudah 4 generasi ini masih tetap lezat. Dijamin enak, lezat & maknyus.
Ajaklah saudara, keluarga, teman-teman dan handai taulan untuk menikmati kuliner khas Semarang yang sudah...
Read moreYou have not truly visited Semarang (the city of soto) if you have not come here. I think it is the 3rd generation now and the taste has changed slightly since the old lady (2nd generation) passed away but you can easily distinguish the taste compared to any other Semarang sotos. Yes, they put some coconut milk and turmeric (hence the yellow-ish colour and umami taste) that put them aside from the other sotos but some have tried to copy them and failed miserably. So I guess they got some secret ingredients that we can never know about and can just enjoy from their bowls.
Don't forget to try their fried tempe & perkedel (mashed potato cake)....
Read moreBismillah Soto Kudus Legend dengan pelayanan super ramah Ya, Super Ramah. Rasanya tidak berlebihan untuk memberikan apresiasi ini. Pemilik Restonya ( engkoh yang sdh cukup berumur), ramah sekali, dan nampak melayani semua pelanggan sama. Keramahan itu di tularkan ke para pegawainya. Ini yang patut di tiru oleh warung makan lain, keramahan yang memang nampak dari hati, maka para pelanggan akan berasa nyaman.
Soal Rasa. Sotonya enak, Ini adalah soto kudus, bukan soto semarang. Nampak dari ciri – ciri berikut : kuahnya kuning keruh, bukan bening, rasa kuah agak cenderung manis, isiannya simple, hanya nasi, suwiran daging ayam, kecambah ( tauge), taburan bawang putih goreng, ada daun seledry sepertinya dan siraman kuah soto. Kuah sotonya dari kaldu ayam. Tidak ada sayuran lain dan tidak ada soun / bihunnya. Simple tapi rasanya enak, apalagi setelah di tambahkan jeruk nipis, sambel dan kecap. Maknyuss… kalau kata Alm Pak Bondan.
Ternyata Soto Selan ini sudah puluhan tahun berdiri ( sejak 1970an), sempat berpindah Lokasi rumah makan, dan mewariskan resepnya turun temurun. Dan cabangnya pun ada di Jakarta.
Saya 2 kali kesini. Pertama saat jam sarapan. Warung makan dengan 10 set meja bangku ini, hampir penuh terisi. Kapasitas lebih dari 50 orang. Tapi meskipun sedang rame2nya, para staff Soto Selan tetap berusaha melayani dengan cepat dan dengan ramah. Respect. Itu kesan pertama saat makan sarapan.
Kemudian saya datang lagi untuk makan siang, jam 13.30, menjelang warung soto ini tutup jam 2.00, jadi sedang sepi. Saya makan soto ayam + tempe goreng. Meskipun sudah siang, tetapi tempe gorengnya masih fresh, renyah dan enak. Jadi bukan tempe goreng yang dimasak dari pagi.
Harga terjangkau. Nasi soto ayam + tempe goreng + teh manis panas : 22K Sayangnya, tidak menerima cashless.
OK, semoga review ini bisa buat referensi bagi pembaca yg belum pernah ke Soto...
Read more