Warung ini menyajikan hidangan nasi campur khas buleleng yang tanpa babi. Salah satu komponen andalannya yang disajikan berbarengan dengan sepiring nasi campurnya adalah jukut undis. Jukut undisnya disajikan terpisah pada wadah mangkok kecil dalam kondisi masih panas atau hangat. Jadi jukut undisnya terasa segar dan hangat di mulut saat disuap. Meskipun disajikan pada wadah yanh terpisah, tetapi jukut undis ini justru menjadi menu pelengkap dari sepiring nasi campurnya yang berisi macam-macam lauk lhas Bali. Jadi tanpa kehadiran jukut undisnya, maka warung bernuansa tradisional ini akan kehilangan rohnya yang utama. Karena warung ini mengusung nama "Jukut Undis Khas Buleleng" yang tertulis besar pada plang namanya. Jukut undisnya sendiri disajikan tidak terlalu banyak, tidak sampai separo dari volume wadahnya yang hanya berupa mangkok kecil. Karena itu saya selalu minta porsi ekstra jukut undis sampai mangkoknya hampir penuh. Sebab jukut undis inilah yang menjadi alasan utama saya mampir dan makan siang di warung ini. Jukut undis ini memang menjadi obat rindu saya saat pulang ke Bali. Karena selalu mengingatkan pada oleh-oleh biji-biji undis yang dibawa bapak dan ibu saya saat beliau baru pulang dari kampung halaman. Soal rasanya memang tidak sama persis dengan jukut undis yang dimasak oleh bapak atau ibu saya. Tapi itu bukan persoalan yang mengganjal. Karena soal rasa adalah soal selera. Secara umum rasanya tetap enak, masih bisa dinikmati sebagai menu makan siang. Ada rasa asin dan gurih, yang berimbang dengan sedikit pedas dari bumbu khas Bali yang kaya rempah. Sedangkan lauk pauk lain yang disajikan jadi satu dengan nasi putih pada satu piring, menurut saya standar saja. Isian lauknya berupa perkedel jagung, tempe manis, sayur urap, ayam sisit, ikan goreng bumbu sambel, dan tentu saja sambel embe. Karena saya tidak suka pedas, maka sambel embenya langsung saya singkirkan. Tapi toh saya tetap kepedasaan dan kewalahan saat menyantap sayur urapnya yang sangat pedas. Banyak sekali potongan cabai rawitnya dalam adonan urap itu. Dan ternyata ayam sisit dan ikan gorengnya juga terasa pedasi. Akhirnya saya hanya sanggup menghabiskan nasi dengan perkedel jagung dan tempe manisnya saja. Untung ada jukut undis semangkok yang berhasil menyelamatkan makan siang saya di warung ini. Pada dasarnya lauk yang disajikan di satu piring bisa berbeda-beda sesuai pilihan dan selera masing-masing pembelinya. Selain nasi putih, warung ini juga menawarkan nasi beras merah yang berasnya asli di panen dari sawah-sawah yang masih dikelola secara tradisional di pedesaa ...
Read moreOk... Before I give my opinion about this small hidden restaurant I read all other #reviews. And I must admit #food tasted #different than Java food..., ☺️ As I am from the #netherlands the former #reviews were very #helpful... So I just had my #luckybreak with special the #redrice very #nutricious. 👍 And they serve Black Coffee not any Milk in store. Last but not least also the owner with family very kind.....
Read moreA rare Buleleng's jukut undis (or black bean) in Denpasar. They recentyly also have "sudang lepet" food and "daluman" drink. The overall food is delicious for Balinese taste. It also has 'lesehan' type seat with 'bale bengong' at the back of the kitchen for a more relaxed and casual eating. The price is very reasonable. Highly recommended if you want to taste Buleleng's...
Read more