HTML SitemapExplore
logo
Find Things to DoFind The Best Restaurants

Siola Surabaya Museum — Attraction in Surabaya

Name
Siola Surabaya Museum
Description
Nearby attractions
Taman Gantung Tunjungan
Jl. Tunjungan No.3-9, Genteng, Kec. Genteng, Surabaya, Jawa Timur 60275, Indonesia
Gedung Cak Durasim
Jl. Genteng Kali No.85, Genteng, Kec. Genteng, Surabaya, Jawa Timur 60275, Indonesia
Museum H. O. S. Tjokroaminoto
Jl. Peneleh Gg. VII No.29-31, Peneleh, Kec. Genteng, Surabaya, Jawa Timur 60274, Indonesia
Museum Pendidikan Surabaya
Jl. Genteng Kali No.10, Genteng, Kec. Genteng, Surabaya, Jawa Timur 60275, Indonesia
Tunjungan Romansa
PPQQ+RRR, Jl. Tunjungan, Kedungdoro, Kec. Tegalsari, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Taman Buah Undaan
Jl. Undaan Kulon No.7, Peneleh, Kec. Genteng, Surabaya, Jawa Timur 60274, Indonesia
Taman Prestasi Surabaya
Jl. Ketabang Kali No.6, Ketabang, Kec. Genteng, Surabaya, Jawa Timur 60272, Indonesia
Museum Dr. Soetomo
Jl. Bubutan No.85-87, Bubutan, Kec. Bubutan, Surabaya, Jawa Timur 60174, Indonesia
Taman Ekspresi Dan Perpustakaan
Jl. Genteng Kali No.67, Genteng, Kec. Genteng, Surabaya, Jawa Timur 60275, Indonesia
Kalimas Boat Tour
Jl. Ketabang Kali No.2-B, Ketabang, Kec. Genteng, Surabaya, Jawa Timur 60272, Indonesia
Nearby restaurants
Bima Restaurant (Genteng Kali)
Jl. Genteng Kali No.97-99, Genteng, Kec. Genteng, Surabaya, Jawa Timur 60275, Indonesia
AREK Coffee & Eatery
Jl. Ketandan Lor No.1, Genteng, Kec. Genteng, Surabaya, Jawa Timur 60272, Indonesia
Phermitage, Pantrysserie & Coffee House
Jl. Tunjungan No.28, Genteng, Kec. Genteng, Surabaya, Jawa Timur 60275, Indonesia
Makan Kitchen Surabaya
Jl. Tunjungan No.12, Genteng, Kec. Genteng, Surabaya, Jawa Timur 60275, Indonesia
Rawon Setan - Embong Malang
No.78/I, Jl. Embong Malang, Genteng, Kec. Genteng, Surabaya, Jawa Timur 60261, Indonesia
Rujak Cingur dan Sop Buntut Genteng Durasim
Jl. Genteng Durasim No.29 001, RT.001/RW.05, Genteng, Kec. Genteng, Surabaya, Jawa Timur 60275, Indonesia
Depot Soto Banjar Achmad Jais
No Jl. Achmad Jais No.6, RT.001/RW.02, Peneleh, Genteng, Surabaya, East Java 60274, Indonesia
Tong Tji Tea House BG Junction
Jl. Bubutan No.1-7, Bubutan, Kec. Bubutan, Surabaya, Jawa Timur 60174, Indonesia
Soto Ayam Cak Pardi
Jl. Embong Malang No.20, Genteng, Kec. Genteng, Surabaya, Jawa Timur 60261, Indonesia
Pavilion Restaurant at JW Marriott Surabaya
JW Marriott Surabaya, JL. Embong Malang No. 85-89, 60261, Kedungdoro, Kec. Tegalsari, Surabaya, Jawa Timur 60261, Indonesia
Nearby hotels
DoubleTree by Hilton Surabaya
Jl. Tunjungan No.12, Genteng, Kec. Genteng, Surabaya, Jawa Timur 60275, Indonesia
Platinum Hotel
Jl. Tunjungan No.11 - 21, Genteng, Kec. Genteng, Surabaya, Jawa Timur 60275, Indonesia
RedDoorz @ Genteng Surabaya 2
Jl. Achmad Jais No.5, Peneleh, Kec. Genteng, Surabaya, Jawa Timur 60175, Indonesia
Hotel Griyo Mulyo
Jl. Achmad Jais No.5, Peneleh, Kec. Genteng, Surabaya, Jawa Timur 60175, Indonesia
JW Marriott Hotel Surabaya
Jl. Embong Malang No.85-89, Kedungdoro, Kec. Tegalsari, Surabaya, Jawa Timur 60261, Indonesia
Surabaya River View Hotel
60275, Jl. Genteng Kali No.73-75, Genteng, Kec. Genteng, Surabaya, Jawa Timur 60275, Indonesia
The Empire Hotel
Blauran St No.57-75, Genteng, Surabaya, East Java 60262, Indonesia
Varna Culture Hotel Surabaya
Jl. Tunjungan No.51, Genteng, Kec. Genteng, Surabaya, Jawa Timur 60275, Indonesia
Hotel Majapahit Surabaya
Jl. Tunjungan No.65, Genteng, Kec. Genteng, Surabaya, Jawa Timur 60275, Indonesia
Hotel Paviljoen
Jl. Genteng Besar No.94-98, Genteng, Kec. Genteng, Surabaya, Jawa Timur 60275, Indonesia
Related posts
Keywords
Siola Surabaya Museum tourism.Siola Surabaya Museum hotels.Siola Surabaya Museum bed and breakfast. flights to Siola Surabaya Museum.Siola Surabaya Museum attractions.Siola Surabaya Museum restaurants.Siola Surabaya Museum travel.Siola Surabaya Museum travel guide.Siola Surabaya Museum travel blog.Siola Surabaya Museum pictures.Siola Surabaya Museum photos.Siola Surabaya Museum travel tips.Siola Surabaya Museum maps.Siola Surabaya Museum things to do.
Siola Surabaya Museum things to do, attractions, restaurants, events info and trip planning
Siola Surabaya Museum
IndonesiaEast JavaSurabayaSiola Surabaya Museum

Basic Info

Siola Surabaya Museum

Jl. Tunjungan No.1, Genteng, Kec. Genteng, Surabaya, Jawa Timur 60275, Indonesia
4.6(3.3K)
Open 24 hours
Save
spot

Ratings & Description

Info

Cultural
Family friendly
Accessibility
attractions: Taman Gantung Tunjungan, Gedung Cak Durasim, Museum H. O. S. Tjokroaminoto, Museum Pendidikan Surabaya, Tunjungan Romansa, Taman Buah Undaan, Taman Prestasi Surabaya, Museum Dr. Soetomo, Taman Ekspresi Dan Perpustakaan, Kalimas Boat Tour, restaurants: Bima Restaurant (Genteng Kali), AREK Coffee & Eatery, Phermitage, Pantrysserie & Coffee House, Makan Kitchen Surabaya, Rawon Setan - Embong Malang, Rujak Cingur dan Sop Buntut Genteng Durasim, Depot Soto Banjar Achmad Jais, Tong Tji Tea House BG Junction, Soto Ayam Cak Pardi, Pavilion Restaurant at JW Marriott Surabaya
logoLearn more insights from Wanderboat AI.
Website
surabaya.go.id

Plan your stay

hotel
Pet-friendly Hotels in Surabaya
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.
hotel
Affordable Hotels in Surabaya
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.
hotel
The Coolest Hotels You Haven't Heard Of (Yet)
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.
hotel
Trending Stays Worth the Hype in Surabaya
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

Reviews

Nearby attractions of Siola Surabaya Museum

Taman Gantung Tunjungan

Gedung Cak Durasim

Museum H. O. S. Tjokroaminoto

Museum Pendidikan Surabaya

Tunjungan Romansa

Taman Buah Undaan

Taman Prestasi Surabaya

Museum Dr. Soetomo

Taman Ekspresi Dan Perpustakaan

Kalimas Boat Tour

Taman Gantung Tunjungan

Taman Gantung Tunjungan

4.4

(61)

Open until 6:00 PM
Click for details
Gedung Cak Durasim

Gedung Cak Durasim

4.7

(364)

Open 24 hours
Click for details
Museum H. O. S. Tjokroaminoto

Museum H. O. S. Tjokroaminoto

4.8

(549)

Open 24 hours
Click for details
Museum Pendidikan Surabaya

Museum Pendidikan Surabaya

4.8

(702)

Open 24 hours
Click for details

Things to do nearby

Watch the sunrise at Mount Bromo
Watch the sunrise at Mount Bromo
Wed, Dec 10 • 12:00 AM
Tambaksari, East Java, 60281, Indonesia
View details

Nearby restaurants of Siola Surabaya Museum

Bima Restaurant (Genteng Kali)

AREK Coffee & Eatery

Phermitage, Pantrysserie & Coffee House

Makan Kitchen Surabaya

Rawon Setan - Embong Malang

Rujak Cingur dan Sop Buntut Genteng Durasim

Depot Soto Banjar Achmad Jais

Tong Tji Tea House BG Junction

Soto Ayam Cak Pardi

Pavilion Restaurant at JW Marriott Surabaya

Bima Restaurant (Genteng Kali)

Bima Restaurant (Genteng Kali)

4.4

(800)

$$

Click for details
AREK Coffee & Eatery

AREK Coffee & Eatery

4.6

(299)

Click for details
Phermitage, Pantrysserie & Coffee House

Phermitage, Pantrysserie & Coffee House

4.2

(164)

Click for details
Makan Kitchen Surabaya

Makan Kitchen Surabaya

4.7

(89)

$

Click for details
Get the Appoverlay
Get the AppOne tap to find yournext favorite spots!
Wanderboat LogoWanderboat

Your everyday Al companion for getaway ideas

CompanyAbout Us
InformationAI Trip PlannerSitemap
SocialXInstagramTiktokLinkedin
LegalTerms of ServicePrivacy Policy

Get the app

© 2025 Wanderboat. All rights reserved.
logo

Posts

Ferdyan RahmansyahFerdyan Rahmansyah
Gedung SIOLA berawal dari tahun 1877 ketika gedung itu untuk pertama kalinya dibangun oleh investor berkebangsaan Inggris bernama Robert Laidlaw (1856-1935), pemilik Whiteaway Laidlaw & Co., salah satu perusahaan ritel terbesar di dunia ketika itu (sekarang, kira-kira seperti Carreefour sekarang). Di gedung yang baru dibangun itu ia membuka pusat perkulakan dengan nama: “Het Engelsche Warenhuis,” Toko Serba Ada Inggris. Masa jaya keluarga Whiteaway Laidlaw di bidang perdagangan berakhir pada 1935, saat pendirinya meninggal dunia. Bisnis ritelnya mengalami kebangkrutan, tetapi bisnis perbankannya tetap berjalan, dan masih ada sampai sekarang. Saat Jepang masuk, Gedung tersebut diambil-alih oleh pengusaha dari Jepang, dan mengganti namanya menjadi Toko Chiyoda. Toko Chiyoda adalah toko kopor dan tas terbesar di Surabaya. Tas dan kopor Chiyoda sangat populer, sehingga banyak orang ikut-ikutan membuka toko tas dan kopor di sekitar toko itu. Pengaruh Chiyoda masih ada sampai sekarang, yaitu di Jalan Gemblongan yang bersambungan lurus dengan Jalan Tunjungan, dan Jalan Praban yang simpangan dengan Jalan Tunjungan, masih ada toko-toko yang menjual tas dan kopor. Masa jaya Chiyoda tak lama, setelah Jepang menyerah kalah kepada sekutu, Toko Chiyoda ditutup. Pemiliknya kembali ke Jepang. Gedung itu menjadi kosong. Saat pecah perang 10 November 1945 antara rakyat Surabaya dengan pasukan sekutu, Gedung Chiyoda digunakan sebagai salah satu basis pertahanan rakyat Surabaya dari gempuran pasukan sekutu. Akibatnya gedung itu dijadikan sasaran tembakan tank-tank pasukan sekutu, sehingga membuatnya rusak berat dan terbakar. Setelah perang melawan sekutu berakhir, gedung eks-Toko Chiyoda itu dibiarkan menjadi gedung rusak yang tak terurus sampai dengan 1950. Saat Presiden Soekarno melakukan nasionalisasi terhadap aset-aset pemerintahan kolonial, Pemerintah Kota Surabaya mengambil-alih gedung tersebut menjadi aset Pemkot Surabaya. Pada 1960, lima orang pengusaha, yaitu Soemitro, Ing Wibisono, Ong, Liem dan Ong mengontrak ged1877ung tersebut dari Pemkot Surabaya. Mereka memperbaiki dan merenovasi gedung tersebut dengan tetap mempertahankan bentuk aslinya, lalu membuka pusat toko grosir di situ, yang diberi nama dari singkatan nama-nama mereka sendiri, yaitu SIOLA. Sejak itulah gedung itu dikenal masyarakat Surabaya dengan nama Gedung SIOLA, sampai sekarang. SIOLA segera menjadi kebanggan warga Surabaya di masa itu, menjadi semacam “mall” pertama di Surabaya, menjadi ikon kota Surabaya. Bahkan sampai sekarang pun ketika tulisan nama “SIOLA” sudah tidak ada lagi di gedung tersebut, ia masih tetap disebut sebagai Gedung SIOLA. SIOLA segera menjadi kebanggan warga Surabaya di masa itu, menjadi semacam “mall” pertama di Surabaya, menjadi ikon kota Surabaya. Bahkan sampai sekarang pun ketika tulisan nama “SIOLA” sudah tidak ada lagi di gedung tersebut, ia masih tetap disebut sebagai Gedung SIOLA.
Tami SinggihTami Singgih
The building mainly functions as a one-stop administration service for residents of Surabaya. The museum takes up one-third of the first floor, and shows the work of Surabaya City government. It exhibits photos, old documents (mostly old citizens' registration and logbook, e.g. birth certificate & marriage record, citizen ID's), mannequins wearing uniforms of public servants, tools and equipment used in public services, including old hospital equipment (which was a bit eerie) and several vehicles used as public transport in the old days. It's actually a good idea to have the museum in this busy building. People can stop by while doing their administrative stuff. If this museum were located elsewhere with less traffic of people, it would probably become a quiet and deserted place. There's a souvenir shop in the corner of 1st floor, next to the museum.
Jeffry RisandyJeffry Risandy
Setelah lama tidak memiliki fungsi yang signifikan, walikota Surabaya, Tri Rismaharini berinisiatif untuk menghidupkan kembali pamor dari gedung bersejarah ini. Secara resmi ia membuka kembali gedung Siola ini pada pertengahan tahun 2015, namun dialihfungsikan menjadi museum dan pusat layanan masyarakat. Tujuan didirikannya museum ini adalah agar warga Surabaya memahami dan mengerti sejarah dan perjuangan kota ini di masa lampau. Dengan demikian mereka bisa menghargai dan mengapresiasi setiap tokoh yang memiliki peran dalam membentuk ibukota Jawa Timur ini. Museum yang berada di lantai pertama gedung Siola ini memiliki lebih dari 1000 koleksi benda dan foto. Museum ini bagaikan sebuah Art Gallery Surabaya dimana di dalamnya terdapat foto para walikota kota Surabaya dari tahun 1916 hingga walikota terkini, yaitu ibu Risma. Foto-foto Surabaya dan Gedung Siola tempo dulu juga terpajang rapi di galeri museum ini. Selain itu kamu akan disuguhi dengan beragam seni dan budaya yang menjadi ciri khas provinsi Jawa Timur seperti wayang, baju adat bahkan replica dari dapur kuno. Koleksi berbagai dokumen kuno dalam Bahasa Belanda juga dapat kamu temui di sini termasuk di dalamnya arsip kependudukan yang dibuat pada masa pemerintahan Hindia Belanda sejak tahun 1837. Kamu juga dapat menyaksikan beberapa benda memorabilia seperti piano lawas milik musisi legendaris Gombloh (pencipta lagu Gebyar-Gebyar) beserta replica biola milik pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya yaitu Wage Rudolf Supratman. Benda-benda kuno nan unik semacam uang jaman dahulu, radio lawas, televisi, telepon dan berbagai peralatan elektronik yang antic dapat kamu jumpai juga di museum ini. Bahkan, kendaraan seperti becak, bemo, bajaj maupun angguna (angkutan serba guna) dipajang di sini.
See more posts
See more posts
hotel
Find your stay

Pet-friendly Hotels in Surabaya

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

Gedung SIOLA berawal dari tahun 1877 ketika gedung itu untuk pertama kalinya dibangun oleh investor berkebangsaan Inggris bernama Robert Laidlaw (1856-1935), pemilik Whiteaway Laidlaw & Co., salah satu perusahaan ritel terbesar di dunia ketika itu (sekarang, kira-kira seperti Carreefour sekarang). Di gedung yang baru dibangun itu ia membuka pusat perkulakan dengan nama: “Het Engelsche Warenhuis,” Toko Serba Ada Inggris. Masa jaya keluarga Whiteaway Laidlaw di bidang perdagangan berakhir pada 1935, saat pendirinya meninggal dunia. Bisnis ritelnya mengalami kebangkrutan, tetapi bisnis perbankannya tetap berjalan, dan masih ada sampai sekarang. Saat Jepang masuk, Gedung tersebut diambil-alih oleh pengusaha dari Jepang, dan mengganti namanya menjadi Toko Chiyoda. Toko Chiyoda adalah toko kopor dan tas terbesar di Surabaya. Tas dan kopor Chiyoda sangat populer, sehingga banyak orang ikut-ikutan membuka toko tas dan kopor di sekitar toko itu. Pengaruh Chiyoda masih ada sampai sekarang, yaitu di Jalan Gemblongan yang bersambungan lurus dengan Jalan Tunjungan, dan Jalan Praban yang simpangan dengan Jalan Tunjungan, masih ada toko-toko yang menjual tas dan kopor. Masa jaya Chiyoda tak lama, setelah Jepang menyerah kalah kepada sekutu, Toko Chiyoda ditutup. Pemiliknya kembali ke Jepang. Gedung itu menjadi kosong. Saat pecah perang 10 November 1945 antara rakyat Surabaya dengan pasukan sekutu, Gedung Chiyoda digunakan sebagai salah satu basis pertahanan rakyat Surabaya dari gempuran pasukan sekutu. Akibatnya gedung itu dijadikan sasaran tembakan tank-tank pasukan sekutu, sehingga membuatnya rusak berat dan terbakar. Setelah perang melawan sekutu berakhir, gedung eks-Toko Chiyoda itu dibiarkan menjadi gedung rusak yang tak terurus sampai dengan 1950. Saat Presiden Soekarno melakukan nasionalisasi terhadap aset-aset pemerintahan kolonial, Pemerintah Kota Surabaya mengambil-alih gedung tersebut menjadi aset Pemkot Surabaya. Pada 1960, lima orang pengusaha, yaitu Soemitro, Ing Wibisono, Ong, Liem dan Ong mengontrak ged1877ung tersebut dari Pemkot Surabaya. Mereka memperbaiki dan merenovasi gedung tersebut dengan tetap mempertahankan bentuk aslinya, lalu membuka pusat toko grosir di situ, yang diberi nama dari singkatan nama-nama mereka sendiri, yaitu SIOLA. Sejak itulah gedung itu dikenal masyarakat Surabaya dengan nama Gedung SIOLA, sampai sekarang. SIOLA segera menjadi kebanggan warga Surabaya di masa itu, menjadi semacam “mall” pertama di Surabaya, menjadi ikon kota Surabaya. Bahkan sampai sekarang pun ketika tulisan nama “SIOLA” sudah tidak ada lagi di gedung tersebut, ia masih tetap disebut sebagai Gedung SIOLA. SIOLA segera menjadi kebanggan warga Surabaya di masa itu, menjadi semacam “mall” pertama di Surabaya, menjadi ikon kota Surabaya. Bahkan sampai sekarang pun ketika tulisan nama “SIOLA” sudah tidak ada lagi di gedung tersebut, ia masih tetap disebut sebagai Gedung SIOLA.
Ferdyan Rahmansyah

Ferdyan Rahmansyah

hotel
Find your stay

Affordable Hotels in Surabaya

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

Get the Appoverlay
Get the AppOne tap to find yournext favorite spots!
The building mainly functions as a one-stop administration service for residents of Surabaya. The museum takes up one-third of the first floor, and shows the work of Surabaya City government. It exhibits photos, old documents (mostly old citizens' registration and logbook, e.g. birth certificate & marriage record, citizen ID's), mannequins wearing uniforms of public servants, tools and equipment used in public services, including old hospital equipment (which was a bit eerie) and several vehicles used as public transport in the old days. It's actually a good idea to have the museum in this busy building. People can stop by while doing their administrative stuff. If this museum were located elsewhere with less traffic of people, it would probably become a quiet and deserted place. There's a souvenir shop in the corner of 1st floor, next to the museum.
Tami Singgih

Tami Singgih

hotel
Find your stay

The Coolest Hotels You Haven't Heard Of (Yet)

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

hotel
Find your stay

Trending Stays Worth the Hype in Surabaya

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

Setelah lama tidak memiliki fungsi yang signifikan, walikota Surabaya, Tri Rismaharini berinisiatif untuk menghidupkan kembali pamor dari gedung bersejarah ini. Secara resmi ia membuka kembali gedung Siola ini pada pertengahan tahun 2015, namun dialihfungsikan menjadi museum dan pusat layanan masyarakat. Tujuan didirikannya museum ini adalah agar warga Surabaya memahami dan mengerti sejarah dan perjuangan kota ini di masa lampau. Dengan demikian mereka bisa menghargai dan mengapresiasi setiap tokoh yang memiliki peran dalam membentuk ibukota Jawa Timur ini. Museum yang berada di lantai pertama gedung Siola ini memiliki lebih dari 1000 koleksi benda dan foto. Museum ini bagaikan sebuah Art Gallery Surabaya dimana di dalamnya terdapat foto para walikota kota Surabaya dari tahun 1916 hingga walikota terkini, yaitu ibu Risma. Foto-foto Surabaya dan Gedung Siola tempo dulu juga terpajang rapi di galeri museum ini. Selain itu kamu akan disuguhi dengan beragam seni dan budaya yang menjadi ciri khas provinsi Jawa Timur seperti wayang, baju adat bahkan replica dari dapur kuno. Koleksi berbagai dokumen kuno dalam Bahasa Belanda juga dapat kamu temui di sini termasuk di dalamnya arsip kependudukan yang dibuat pada masa pemerintahan Hindia Belanda sejak tahun 1837. Kamu juga dapat menyaksikan beberapa benda memorabilia seperti piano lawas milik musisi legendaris Gombloh (pencipta lagu Gebyar-Gebyar) beserta replica biola milik pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya yaitu Wage Rudolf Supratman. Benda-benda kuno nan unik semacam uang jaman dahulu, radio lawas, televisi, telepon dan berbagai peralatan elektronik yang antic dapat kamu jumpai juga di museum ini. Bahkan, kendaraan seperti becak, bemo, bajaj maupun angguna (angkutan serba guna) dipajang di sini.
Jeffry Risandy

Jeffry Risandy

See more posts
See more posts

Reviews of Siola Surabaya Museum

4.6
(3,329)
avatar
4.0
20w

I went on a Friday afternoon around 2 PM. There was no line and it was pretty quiet. I could register right away with help from the receptionist. It was free. They just asked for my name, phone number, and where I was from. I had a fairly heavy backpack with me, but I didn’t see any lockers around. I also didn’t ask the receptionist if it was okay to leave my stuff somewhere.

Inside, the museum is mostly filled with narratives, photos, maps, historical artifacts, and a few videos, animations, and illustrations. It was informative and helped me learn more about the history of Surabaya. There were English explanations too. You’re allowed to take photos as there didn’t seem to be any restrictions. In some areas, there were chairs if you needed to rest, though the museum itself isn’t that big. Less than an hour is enough to explore the whole place, and it’s not tiring.

To make the experience better and more comfortable, the lighting could be improved as a few corners felt a bit dark (though the displays were still readable). Some of the texts were peeling off or didn’t follow standard Indonesian spelling. The narrative style was also very textbook-like, with monotone colors and fonts. Compared to museums abroad, they could vary the text design more, e.g. use different colors, bold or italic styles, and present the stories in a more engaging, storytelling way. A timeline on the wall would also help make the sequence of events clearer. Floor stickers or arrows showing where to start and where to go next would be helpful too. It would be great if they provided a multilingual pamphlet at the entrance, or added QR codes in each section for translation or audio versions, especially useful for deaf or non-Indonesian/English-speaking visitors.

Overall, it’s a nice museum with solid content and good intentions. It’s definitely worth a visit if you’re interested in history or want to learn more about Surabaya. With a few improvements in presentation and accessibility, the experience could be...

   Read more
avatar
4.0
6y

Located inside the Mal Pelayanan Publik (Public Service Mall) area, hides a museum area displaying items of historical significance to Surabaya city. The museum is wonderful, second best only to the Museum of Sampoerna in terms of how the museum is organized and managed. You're privy to maps and historical records detailing how Surabaya come about. They also showcases food, traditional dresses, musical instruments, famous Surabaya people, antique chairs and desks, and many more - including the explanation of how they came to be. These written displays are also provided in English, and most of them are correctly translated - which, if you're a museum enthusiast who doesn't speak Indonesian, is a pleasant surprise.

However, since the museum area is inside a public service mall, most people who go here are public officials who work in the building or civilians who are perusing their services. This means that your typical touristy get up might not be looked upon well during your visit - try to scrounge up a buttoned up shirt or blouse in combination with a pair of pants (jeans are fine) or...

   Read more
avatar
5.0
7y

Gedung SIOLA berawal dari tahun 1877 ketika gedung itu untuk pertama kalinya dibangun oleh investor berkebangsaan Inggris bernama Robert Laidlaw (1856-1935), pemilik Whiteaway Laidlaw & Co., salah satu perusahaan ritel terbesar di dunia ketika itu (sekarang, kira-kira seperti Carreefour sekarang). Di gedung yang baru dibangun itu ia membuka pusat perkulakan dengan nama: “Het Engelsche Warenhuis,” Toko Serba Ada Inggris.

Masa jaya keluarga Whiteaway Laidlaw di bidang perdagangan berakhir pada 1935, saat pendirinya meninggal dunia. Bisnis ritelnya mengalami kebangkrutan, tetapi bisnis perbankannya tetap berjalan, dan masih ada sampai sekarang.

Saat Jepang masuk, Gedung tersebut diambil-alih oleh pengusaha dari Jepang, dan mengganti namanya menjadi Toko Chiyoda. Toko Chiyoda adalah toko kopor dan tas terbesar di Surabaya. Tas dan kopor Chiyoda sangat populer, sehingga banyak orang ikut-ikutan membuka toko tas dan kopor di sekitar toko itu.

Pengaruh Chiyoda masih ada sampai sekarang, yaitu di Jalan Gemblongan yang bersambungan lurus dengan Jalan Tunjungan, dan Jalan Praban yang simpangan dengan Jalan Tunjungan, masih ada toko-toko yang menjual tas dan kopor.

Masa jaya Chiyoda tak lama, setelah Jepang menyerah kalah kepada sekutu, Toko Chiyoda ditutup. Pemiliknya kembali ke Jepang. Gedung itu menjadi kosong.

Saat pecah perang 10 November 1945 antara rakyat Surabaya dengan pasukan sekutu, Gedung Chiyoda digunakan sebagai salah satu basis pertahanan rakyat Surabaya dari gempuran pasukan sekutu. Akibatnya gedung itu dijadikan sasaran tembakan tank-tank pasukan sekutu, sehingga membuatnya rusak berat dan terbakar.

Setelah perang melawan sekutu berakhir, gedung eks-Toko Chiyoda itu dibiarkan menjadi gedung rusak yang tak terurus sampai dengan 1950. Saat Presiden Soekarno melakukan nasionalisasi terhadap aset-aset pemerintahan kolonial, Pemerintah Kota Surabaya mengambil-alih gedung tersebut menjadi aset Pemkot Surabaya.

Pada 1960, lima orang pengusaha, yaitu Soemitro, Ing Wibisono, Ong, Liem dan Ong mengontrak ged1877ung tersebut dari Pemkot Surabaya. Mereka memperbaiki dan merenovasi gedung tersebut dengan tetap mempertahankan bentuk aslinya, lalu membuka pusat toko grosir di situ, yang diberi nama dari singkatan nama-nama mereka sendiri, yaitu SIOLA. Sejak itulah gedung itu dikenal masyarakat Surabaya dengan nama Gedung SIOLA, sampai sekarang.

SIOLA segera menjadi kebanggan warga Surabaya di masa itu, menjadi semacam “mall” pertama di Surabaya, menjadi ikon kota Surabaya. Bahkan sampai sekarang pun ketika tulisan nama “SIOLA” sudah tidak ada lagi di gedung tersebut, ia masih tetap disebut sebagai Gedung SIOLA.

SIOLA segera menjadi kebanggan warga Surabaya di masa itu, menjadi semacam “mall” pertama di Surabaya, menjadi ikon kota Surabaya. Bahkan sampai sekarang pun ketika tulisan nama “SIOLA” sudah tidak ada lagi di gedung tersebut, ia masih tetap disebut sebagai...

   Read more
Page 1 of 7
Previous
Next