My weekend night adventure led me to Gulai Tikungan, a bustling eatery located in a densely populated area. The journey here was an adventure in itself; due to the campaign happening at the moment, it involved some walking. When I finally reached the restaurant, the atmosphere was electric, mirroring the surrounding neighborhood.
As a testament to its popularity, the place was brimming with customers. I ordered their signature dish, the “gultik,” and was pleasantly surprised by the speedy service, considering the crowds. However, my enthusiasm was met with a bit of a letdown when the portion size was revealed. In my case, as I’m not accustomed to consuming large meals at night, it sufficed. But for those with heartier appetites, you might need to order multiple servings to fill your belly.
Gulai Tikungan is known for its affordability, which is quite a bonus considering its reputation. While the taste, in my opinion, didn’t venture into the realm of extraordinary, it was undeniably good, boasting those familiar, comforting flavors.
In conclusion, Gulai Tikungan thrives in its popularity and reasonable prices, though you might have to adjust your expectations regarding portion sizes. It’s a gem for a quick, basic, and satisfying meal amidst the bustling energy...
Read more" Gultik Blok M, Kuliner Murah Meriah Pinggir Jalan "
Gultik Blok M menjadi tempat makan pinggir jalan semua kalangan. Banyak pekerja kantoran memilih menikmati Gultik sepulang bekerja. Sementara anak muda menjadikan Gultik Blok M sebagai titik temu dan tempat nongkrong.
Saat kamu ke Blok M, coba saja ke persimpangan Jalan Mahakam dan Jalan Bulungan. Di simpang empat tersebut, tikungan Blok M Plaza, banyak terdapat penjual kaki lima masakan gulai.
Pedagang gultik menggelar dagangannya di trotoar di simpang empat tersebut. Ada yang di sisi Jalan Mahakam dan ada yang di sisi Jalan Bulungan.
Bahkan ada yang sudah lho berjualan, sudah ada sejak tahun 1980-an.
Dahulu seporsi Gultik dibanderol seharga Rp500 saja. Seiring berjalannya waktu, harga gultik pun menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
Saat ini Gultik dibanderol dari harga Rp10.000,00 hingga Rp18.000. Harganya cocok banget untuk semua kalangan.
Tak heran jika anak sekolah, mahasiswa, hingga pekerja kantor, senang berkunjung dan makan di sini.
Selain karena harganya murah, Gultik menjadi favorit tentunya karena rasanya yang enak.
Seporsi Gultik berisikan nasi, kuah gulai, daging sapi, bawang goreng, dan kerupuk. Tak lupa untuk penikmat makanan pedas, para pedagang Gultik juga menyediakan sambal.
Perpaduan antara kuah yang gurih, daging yang empuk, harumnya bawang goreng, dan pedasnya sambal. Dijamin akan memanjakan lidahmu dan bikin nagih!
Ingin makan urat, tetelan, lemak ataupun jeroan sapi juga? Kamu bisa menanyakannya pada pedagang agar ditambahkan ke kuah gulaimu.
Biasanya pedagang juga menyediakan lauk lain. Seperti sate usus goreng, ati ampela, kulit, dan lain-lain. Harga setiap tusuknya dipatok mulai dari Rp5.000,00.
Kebanyakan pedagang di sini menjual dagangannya dalam porsi kecil. Strategi ini berhasil membuat Gultik di sini laku keras. Dengan strategi ini konsumen akan memesan lebih dari satu porsi.
Gultik ini bisa kamu jumpai mulai dari pukul 16.00 sore hingga 03.00 pagi. Namun, semenjak pandemi jam operasional pun berubah.
Selama peraturan PPKM berlaku, Gultik dijajakan mulai pukul 17.00 sore hingga pukul 22.00 malam.
Semakin malam semakin ramai orang yang datang untuk menikmati Gultik. Suasana malam di sini juga sangat asik dijadikan tempat nongkrong.
Tak heran Gultik Blok M menjadi tempat nongkrong bagi semua kalangan.
Banyak pekerja kantoran memilih menikmati Gultik sepulang bekerja. Sementara anak muda menjadikan Gultik Blok M sebagai titik temu dan tempat nongkrong.
Tak terkecuali pasangan muda-mudi juga ikut menjadikan Gultik tempat mengobrol.
Gultik (Gulai Tikungan) Blok M Lokasi: Jl. Mahakam, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Jam Operasional: Minggu – Kamis pukul 17.00 – 22.00
Harga: 1 Porsi Gultik: Rp 10.000 – Rp 18.000 1 Tusuk Sate: Rp 5.000
Sekian dan terimakasih.
Instagram:...
Read moreUntuk ketiga kalinya dalam kurun waktu 20 tahun mencicipi hidangan ikon di blok m ini.
Sekitar 20 tahun lalu pernah sekali mencicipi gultik dengan kesan "tanpa kesan". Rasanya waktu itu hambar, kuah dingin sehingga tidak ada keinginan untuk mencicipi lagi sekali pun meski sudah tinggal di Jakarta cukup lama.
Sampailah sebulan lalu "dipaksa" ikut mencicipi kembali setelah bermain di Senayan.
Jujur tanpa ekspektasi apapun saat memesan gultik, karena semata-mata menghormati sejawat yang mengajak makan waktu itu. Dan terjadilah sesuatu yang yang tak diduga, rasanya sama sekali berbeda dengan ingatan pertama kali makan. Enak sumpah, daging empuk dengan kuah yang kuat rasanya (cenderung agak asin di lidah) namun menyenangkan untuk dicicipi.
Pengalaman itu saya coba ulangi kedua kali Minggu lalu, dan benar rasanya tidak berubah. Tetap nikmat untuk dicicipi.
Salah satu jawaban soal rasa yang beda mungkin tempat yang berbeda. Tempat terakhir saya nikmati persis di depan restoran hanamasa Mahakam.
Buat generasi milenial dan Z, menemukan tempat nongkrong di pinggir jalan (kelas kami lima) di Jakarta adalah barang langka. Saat hampir semua jajanan disulap ala kontainer dan gerai cafe, makanan kaki lima seolah semakin kehilangan peminat diantara generasi milenial dan Z.
Sejarah gultik ini tidak lepas dari keberadaan pekerja kerah biru yang bekerja di pertokoan seputar blok m. Dengan gaji kelas "UMR" mereka harus memutar otak agar gaji yang diterima bisa cukup untuk membiayai kebutuhan hidup dan keluarga di kampung (saat itu belum dikenal istilah sandwich generation).
Adanya pasar kelas "irit" tadi menjadi peluang bagi pedagang gule untuk mengisi pasar kelas "irit" ini.
Bagi kelas menengah dan atas, makan di kawasan ini hanya sebagai "Klangenan" namun sesungguhnya yang membuat kawasan ini tetap bertahan karena adanya permintaan pasar akan makanan yang murah meriah bahkan lebih meriah dari harga ice ctream pengisi ruko kosong.
Kalau anda ingin makan malam tanpa rasa bersalah karena sedang diet, menu ini tidak akan merusak diet anda. Dan semoga pedagang di kawasan ini tetap bertahan lebih lama lagi agar tidak semua kuliner harus masuk...
Read more