Alhamdulillah, kemarin turut menghadiri Peresmian World Halal Centre Nahdlatul Ulama (WHC NU) di Balai Agung, Balai Kota DKI Jakarta.
World Halal Centre Nahdlatul Ulama (WHC NU) adalah lembaga pendamping Proses Produk Halal (PPH) yang telah terdaftar di Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH). Lembaga ini berfokus kepada pendampingan pelaku usaha baik mikro, kecil, menengah, maupun besar untuk bersama-sama menjalankan syariat agama melalui kehalalan produk dengan menerapkan sistem jaminan halal.
Peluncuran ini sesuai dengan lambang NU yang di dalamnya terdapat globe dunia, di mana kita harus punya kesadaran bahwa kita merupakan warga kota, negara dan dunia. Insya Allah, ini penanda bahwa PWNU jangkauannya mendunia. Dan langkah ini merupakan kelanjutan perjuangan dari para pendiri NU. Kita sudah maklum bahwa sebelum NU, mereka mendirikan Nahdlatut Tujjar pada 1918, lembaga yang berfokus pada peningkatan ekonomi agar umat lebih berdaya. Saat itu gerakannya masih berpusat di daerah. Kini, PWNU DKI melangkah lebih jauh dengan berperan di tingkat dunia.
Pandemi ini memberikan dampak luar biasa pada usaha mikro dan ultra mikro. Tapi, di sisi lain, pandemi juga membuat pasar digital berkembang pesat. Ini yang kami hubungkan dengan melakukan program Jakpreneur yang agresif jemput bola memberikan IUMK dan NPWP, sehingga kini sudah lebih dari 250 ribu UMKM yang tergabung dan mendapatkan manfaat.
Hal tersebut akan semakin lengkap dengan adanya pendampingan terkait sertifikasi halal dari WHC NU, sehingga tinggal disinkronkan dengan program Jakpreneur yang ada.
Dengan adanya sertifikasi halal yang berkelas internasional, maka diharapkan produk-produk UMKM Jakarta juga mendapatkan akses lebih luas ke pasar global, apalagi Jakarta akan terus berkembang sebagai kota internasional.
Insya Allah dengan adanya WHC NU ini akan amat membantu memberikan ketenangan dan menjangkau konsumen internasional yang menginginkan produk...
Β Β Β Read moreSebelum menempati gedung Balai Kota Medan Merdeka Selatan, pusat pemerintahan kota Jakarta mengalami beberapa kali perpindahan tempat. Ketika Stad Batavia dibentuk pada tahun 1905, dan kemudian berubah menjadi Gemeente Batavia, kantor pemerintahannya bertempat di De Oude Stadhuis, yakni bangunan kuno abad ke-18 di Stadhuisplein ( Sekarang Taman Fatahillah dan dikenal sebagai Museum Sejarah Jakarta). Akibat perkembangan kota Batavia yang mengarah ke selatan dan berpusat di Weltevreden, kantor Gemeente Batavia menjadi sangat jauh dari pusat kota.[1]
Oleh karena itu, banyak kantor pemerintahan yang akhirnya pindah ke Weltevreden. Kantor Balai Kota pun demikian. Yang pada awalnya terletak di Oud Batavia kemudian pindah ke Tanah Abang West (sekarang jalan Abdul Muis no.35, Jakarta Pusat) pada tahun 1913. Kemudian tahun 1919 pindah lagi ke Koningsplein Zuid (Sekarang Jl. Medan Merdeka Selatan No. 8-9, Jakarta Pusat).[1] Adapun bangunan No. 8 dipergunakan sebagai kantor dan tempat kediaman Residen Jawa Barat, sedangkan bangunan No. 9 dipergunakan untuk Gemeentehuis Batavia dan rumah kediaman Burgemeester. Lalu kemudian bangunan no. 9 menjadi kantor Balai Kota sepenuhnya setelah rumah kediaman Burgemeester dibuatkan di samping Bisschopplein (sekarang Jl. Suropati No. 7, Jakarta Pusat). Pada tanggal 1 Oktober 1926, Gemeentehuis Batavia diganti menjadi Stad Gemeentehuis Bataviasampai masa pemerintahan Jepang.
salah satu gedung...
Β Β Β Read moreThe place is cozy, clean, the staff is receptive, the look is good, the garden is beautiful, with friendly environment for work (at least for civil servants who work there.) The service is good, even though bureaucracy must be improved to at least the level of the standard of the last governor. I think the citizens of Jakarta's voice and aspiration must be heard directly by the governor (or at least one of his aide) at least every morning....
Β Β Β Read more