Visited here yesterday (08/04/2018) with my wife --- as a return after approximately 34 years since I left Bandung in 1984. During my studying stay in Bandung (1979 - 1984) I occassionally visited here as this was the best place for ice cream. My favourite has always been banana split and this was the one I ordered. My wife ordered other favourite suggested by the waiter: Coconut Royal. The ice cream is still good. But ... Does it still relevant as there has been now so many restaurants offer tasty banana split ice cream too? No. The one offered here at Rasa does only to me a "nostalgic" value deep rooted in the past where I lived in Bandung. There are now better taste ice cream offered by many cullinary places in Bandung even those around the streets in Bandung. Maybe because of this I found the visitors (at weekend, chappy!) were not a lot, maybe only 20% seats were occupied yesterday. People know better places for ice cream, i think. Why only two-star i give? First, the choice of ice cream scoop could not be changed as actually I ordered choccolate for my banana split but was declined by the waiter -- too rigid; second, long serving time despite not fully occupied; third, my wife asked a warmed plain water for her stomach issue, Rasa charged us without prior notification. Not big amount of money but Rasa is really a stingy cafe. It's a plain water anyway -- not a mineral water. Will not visit here again in...
Read moreKesini sekitar 1 minggu lalu setelah 10 tahun lebih tidak berkunjung. Resto legendaris favorit Papa saya dari jaman kuliah, maka dari itu saya dengan semangat datang kembali untuk ngemil sore bersama suami dan anak saya usia 2 tahunan. Namun ternyata servis dari beberapa pelayan disana buruk sekali, merusak kenangan baik saya dgn Rasa Bakery.
Sore hari saya tiba. Melihat2 roti di display sejenak dan memilih untuk duduk di meja di depan stand poffertjes. Tidak ada yg menyambut, padahal ada 2 pelayan perempuan di stand poffertjes. Sambil sibuk tangan kiri menggendong anak saya & tangan kanan saya memegang yoghurt yg sedang saya berikan anak saya, saya bertanya ke salah 1 pelayan poffertjes. "Ada es krim ga mbak disini? Harus dari menu atau bisa ambil sendiri di dalam?". Si mbak poffertjes menjawab seadanya (Ada, bisa pesan di dalam), sambil sibuk menatap belahan dada saya (berkali-kali) yg tdk sengaja terlihat, krn baju saya turun krn tertarik beban dari anak saya (yg sedang saya gendong). Dari situ pengalaman saya udah ga mengenakkan krn sikap mbak poffertjes yg tidak sopan.
Akhirnya saya duduk dulu di meja depan stand poffertjes sambil melanjutkan menyuapi anak saya yoghurt kemasan. Setelah itu saya berniat untuk browsing roti dan es krim di dalam. Jadi saya tutup yoghurt kemasan yg masih tersisa sekitar 6 suap, juga masker saya, di meja depan stand poffertjes. Saya tidak bilang ke mbak poffertjes, tapi dari pembicaraan akhir, saya asumsikan dia paham lah ya kalau saya mau pesan sendiri ke dalam, bukan pesan di meja. Dan lihat juga kalau saya masuk ke dalam, krn seperti lg gaada kerjaan berdiri2 aja.
Saya pilih lah tuh eskrim, juga browsing roti2 di display. Pelayan yg melayani saya di bagian roti sih sopan dan ramah2. Akhirnya saya selesai memilih cemilan dan kembali menuju meja saya.
Hanya untuk mendapatkan meja yg saya duduki tadi sudah bersih, beserta yoghurt anak saya yg sedang saya suapi. ??? Kesal sekali saya. Anak saya lagi susah makan belakangan, tp lahap pas minum yoghurt, ehh blm habis & tanpa izin sudah dibuang saja.
Langsung saya tanya ke mbak poffertjes, pelayan2 laki2 lainnya, "Siapa tadi yg beresin meja saya? Saya tadi lagi pesan ke dalam dan di meja saya ada masker & yoghurt anak saya, kenapa main dibuang??!" Saya cecer satu2 dan mereka saling tanya satu sama lain.
Sampai akhirnya datang 1 pelayan laki2. Saya tidak ingat persis omongannya, yg jelas omongannya penuh pembelaan diri & tidak ada kata maaf sedikitpun keluar dari mulutnya. Kurang lebih jawaban si mas pelayan semacam:
"Saya kira ibu sudah pulang, sudah saya tanya ke teman saya dan saya cek di komputer juga gaada pesanannya, yoghurtnya juga sudah habis, blablabla." dengan raut wajahnya yg juga terlihat menyebalkan, tidak ada rasa bersalah.
??!!
Saya naik pitam.
Pertama: ga ada kata maaf.
Kedua; dikira saya udah pulang krn dicek di komputer tidak ada pesanannya. Lah ya iyalah ga ada!? Orang saya lagi browsing di dalem dan baru aja balik! Pasti baru masuk juga lah itu orderan saya di komputer?!
Ketiga; mbak poffertjes ini kenapa fungsinya kayak pajangan ya??? Kenapa dia ga bisa bilang semacam, "Itu ibunya tadi nanyain aku, eskrim bisa pesen di dalem/nggak. Jadi mungkin masih browsing dulu di dalem. Jangan diberesin dulu deh". Atau sesimpel YA TINGGAL CEK AJA ADA ORANGNYA/NGGA KE DALAM. Yaelah mbak, cuman 4 langkah juga keliatan kali saya di deretan display roti. Bener2 deh kaya gaada semangat kerja ini mbak dari awal saya dateng.
Keempat: si mas td gampang bgt bilang "Udah abis juga kok saya cek". ??? Buat dia iya kali segitu udah abis. Tapi buat anak saya yg masih 2,5 th segitu bisa masuk 6-7 suap sendok yoghurt kecil! Dan sesedikitpun itu berharga! Buang barang customer tanpa izin & cuma modal kira2 & cek orderan di komputer. Apa urusan dia nentuin itu masih sisa sedikit/banyak?!
Kelima: gaada kata maaf!!
Akhirnya saya bentak mereka 2x. "Mana maafnya?" Masih pembelaan. "MANA MINTA MAAFNYA?!?!!!" Baru AKHIRNYA dia minta maaf. Gila ya?
Resto boleh legendaris, tp pelayanannya bikin males kesana...
Read moreA totally legit old-school café in Bandung City. Most customers here are old-timers in their 50-60s which even certifies the legitimacy of this café's vintage status.
I ordered a cup of hot latte which is rather normal. For 25k, I would expect a unique hint of taste but I'd let this one slide. They do serve it hot, though, and they do use fresh milk.
For snacks, I ordered their garlic bread for around 40k and holy moly, those are the best garlic bread I've ever had. The bread is crunchy on the inner side and the outer side is so soft. It is savory, and matches really well with your coffee or with your choice of ice cream.
Now the main attraction is the ice cream. I ordered Mochachino Bliss, which is described as "a splash of dark coffee and Baileys ice cream, meringue cookies, one big scoop of mocca ice cream tipped with whipped cream and chocolate garnish". I'm just gonna say that for 50k, it's all worth it. Gotta love the meringue, the subtle sweetness of mocca ice cream, everything about this ice cream is...
Read more