The ayam geprek, mann... tfirst bite was an explosion of flavor. The crispy fried chicken was perfectly seasoned, but the real star was the sambal. Oh. My. Goodness. This wasn't just spicy; it was an intricate dance of chili, garlic, and other aromatic wonders that built in intensity with each mouthful. My lips were tingling, my forehead was glistening, but I couldn't stop. It was that addictive kind of spicy that makes you crave the next bite. The fish was fried to a perfect crisp, the texture incredibly satisfying. And guess what? It came with its own unique sambal, which, while still packing a punch, offered a different profile of heat that beautifully complemented the earthy flavor of the catfish. Oo and the tempeh pieces were coated in a delicious glaze that started sweet and finished with a pleasant, warming spice😋
Love that the staff greeted me with the warmest smiles, their genuine hospitality making me feel instantly welcome~
While the food and service at this Indonesian restaurant were fantastic, the only downside was the presence of smokers at the entrance. It would be great if they had another designated smoking area to keep the dining area smoke-free.
If you're in Tokyo and on the hunt for authentic Indonesian cuisine that doesn't shy away from the heat, please seek out places like this. The food was not just delicious; it was an adventure for...
Read moreSepertinya saya akan memikir ulang sebanyak 10x, untuk memilih makan Indonesia di restaurant cabang Tokyo ini. Keluhan saya sejujurnya sudah banyak dan bukan hanya satu atau dua kali. Tapi kali ini I've had enough! Saya jabarkan ya.
Lunch menu ditulis dengan keterangan "omori" yang artinya banyak. Kalau customer request omori baru bisa mendapat porsi banyak. Kalau ga request ya porsi standard. Sebagai perbandingan, saya pernah mencoba Lunch Menu Set Nasi Goreng dengan porsi omori di Cabang Omiya tanpa saya request dengan kata "Omori". Nah mari saya bandingkan ya. Di Cabang Omiya, walaupun porsi Omori rasanya tetap enakkk. Nah begitu saya coba di cabang Akihabara ini, dengan menu yang sama saya harus request Omori terlebih dahulu, baru bisa mendapat porsi omori (banyak). Rasanya pun.... maaf saya harus jujur, tidak enak! Masih layak makan, tapi tidak enak.... saya masih bersabar. Karena staffnya memang terlihat sibuk karena sedang ramai.
Kedua, karena rasanya tidak enak, saya tidak bisa menghabiskan. Seperti saya lampirkan di foto sebelah kiri, itu punya saya. Kalau yg sebelah kanan, itu Lunch Menu Nasi Goreng tapi tidak omori punya anaknya temen saya masih usia 4tahun. Wajar dong ga habis? Akhirnya kami memutuskan untuk minta dibungkus karena sisanya masih 3/4 porsi, tolong garis bawahi ya, ini bukan sisa satu atau dua suap.
Ketika kami memanggil staff, maaf saya deskripsikan saja staffnya ya, mas nya yang bermata sipit. Beliau sepertinya sedang buru-buru mau keluar, tapi harusnya kalau sudah customer memanggil apalagi kami memanggil dengan ramah, seharusnya ya ramah juga dong ya jawabnya? Tapi sayangnya beliau justru menjawab dengan singkat padat dan jelas, tidak ada kata mohon maaf dan berwajah datar cenderung keras. Seperti ini "disini aturannya kalau lunch menu gabisa dibungkus" kemudian berlalu begitu saja. Saya dan teman2 saya terdiam. Hmm, sebenarnya sih bukan kali pertama ya kami dapat respon dingin dan ketus begini. Tapi menurut saya kali ini sudah keterlaluan sih.
Oke kalau memang sudah rules restaurant, mengapa tidak dituliskan di menu? "Lunch Menu tidak dapat dibungkus" karena berdasarkan info teman saya yang sudah sering mencoba berbagai restaurant lokal Jepang, biasanya ada keterangan tertulisnya atau staffnya dengan jelas menginformasikan dengan lisan saat customer memesan. Ini tidak ada keterangan tertulis maupun lisan di awal, kemudian di akhir ketika customer bertanya malah dijawab dengan kurang baik.
Saya mempertanyakan tujuan dari rules ini? Sepertinya saya paham mungkin untuk menghindari customer nakal yg sengaja memesan lalu tidak dihabiskan kemudian dibungkus. Atau karena memang harganya yg lebih murah, tentunya tidak bisa dong dibungkus. Tapi bila makanan sisa tanpa disengaja? Apalagi sebanyak ini? Lalu makanannya mau diapakan? Dibuang begitu saja? Atau pertanyaan dari teman saya, apakah mau dijadikan daur ulang bio fuel?
Menurut saya bare minimum sebuah restaurant adalah pelayanan yang ramah. Customer pun ga butuh gila hormat atau yang berlebihan. Minimal jelaskan pelan2 dan dengan baik. Jujur saya kecewa maksimal. Kami pun meninggalkan restaurant dengan perasaan tidak enak dan memutuskan untuk tidak kembali ke cabang ini.
Semoga saja kedepannya bisa ada perubahan untuk menuliskan keterangan di menu atau informasi secara lisan sejak awal. Saya juga berharap customer lain tidak mendapat experience service yang sama.
Terima kasih & salam hormat kepada owner Cinta Jawa Cafe Akihabara & Shibuya! (Karena pengalaman saya selalu tidak enak di...
Read moreHighly recommended for those who miss and want to eat typical Indonesian food. From Indonesian famous fried rice "nasi goreng" to Indonesian famous chicken soup "soto ayam", and various drinks from iced tea to "es dawet ayu", it's all here. The menu prices are a bit expensive, maybe because the basic ingredients are directly imported from Indonesia. The atmosphere of the restaurant feels like being in Indonesia. But the funny thing is in this restaurant, from the restaurant name it is written: "Java", but the ornaments and atmosphere of the restaurant are a mixture of Javanese and Balinese. The introductory music is even from the Sundanese gamelan. Very interesting. Anyway, I love the "nasi goreng". It's so delicious. Additional menu available at this restaurant for Eid al-Fitr (Moslem Holiday) is "Ketupat Sayur". The special Eid menu is very delicious and highly recommended. You must...
Read more